Thursday, November 13, 2014

Hal-Hal yang Bisa Membuat Liverpool Juara EPL Musim Ini

Beberapa hari belakangan dunia maya dihebohkan oleh short movie reuni artis AADC yang disponsori oleh LINE INDONESIA, sampai dengan detik ini viewer AADC versi line tersebut sudah mencapai angka 3,4 juta. Angka yang fantastis untuk sebuah short movie, penantian 12 tahun Cinta diluluhlantakkan oleh LINE INDONESIA hanya dalam kurun waktu 10 menit...you mad?
Tapi penantian Cinta tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penantian Liverpool akan gelar juara Liga Inggris, 24 tahun (dan bakal berpeluang menjadi pesta perak musim ini) tentu bukan waktu yang singkat. Cinta yang menunggu selama 12 tahun saja sampai harus berpikir selama 2 hari untuk membalas LINE dari Rangga yang ingin mengajak untuk bertemu, apalagi Liverpool yang sudah 25 tahun menunggu (3 kali diPHPkan).

Bedanya jika Cinta kemudian penantiannya terbalaskan tidak demikian dengan Liverpool, musim lalu kembali terpeleset setelah  sempat hampir menjuarai Liga Inggris di beberapa laga terakhir. Saya tidak ingin membahas momen menyakitkan tersebut, mari kita lupakan sambil menyongsong musim ini. Saya akan mencoba memberikan pendapat tentang apa saja yang membuat Liverpool bisa memenangi pergelaran Liga Inggris musim ini.

1. Harus Menang
Tentu nenek nenek pun pasti tahu kalau sebuah tim ingin juara mereka harus memenangkan pertandingan sebanyak mungkin dan itulah yang harus dilakukan oleh Liverpool di sisa 27 laga jika ingin menjuarai Liga Inggris Musim ini. Secara matematis Liverpool akan mengumpulkan 95 poin di akhir musim jika memenangi seluruh laga sisa. Berat? Ya jelas berat, mana ada kerjaan yang ringan di dunia ini. Menunggu 12 tahun saja berat kok, apalagi menunggu 25 tahun.

2. Berharap Mourinho Amnesia
Percuma jika Liverpool memenangi 27 laga sisa ternyata kemudian Chelsea memenangi 26 laga sisa mereka, Liverpool tetap tidak akan juara dan tagline "We Go Again" kembali menjadi "We Gone Again". Kemungkinan terbaik adalah Mourinho jalan jalan ke New York kemudian tak sengaja membaca buku AKU yang biasa dibaca oleh Rangga dan kemudian mendadak ingat mantan SMAnya sehingga hilang fokus melatih Chelsea dan akhirnya Liverpool juara di akhir musim.

3. City Lupa Ultah Yaya Toure
Tidak bisa dipungkiri City adalah pelaku utama kegagalan Liverpool menjuarai Liga musim lalu, orang orang seperti inilah yang harusnya diPHPkan oleh Rangga, bukan Cinta. Berharap City lupa akan ulang tahun Yaya Toure sehingga yaya ngambek dan permainan City menjadi kacau. Karena seikh mansour doyan gonta ganti pelatih, tentu saja umur kepelatihan Pellegrini tak akan lama jika mereka terus bermain buruk.

4. Membeli Shane Long dari Soton
Sudah menjadi rahasia umum jika Akademi LFC sekarang sudah bukan di kirkby lagi tapi sudah pindah ke kota pelabuhan lainnya yaitu Southampton. Pembelian Lallana, Lambert, Lovren, dan malah ada isu jay Rodriguez sudah menjadi bukti yang sahih bahwa Soton adalah akademi baru LFC. Membeli Shane Long jelas akan membuat Liverpool memiliki satu permintaan yang pasti akan dikabulkan. Sekarang tergantung bagaimana permintaan tersebut dan siapa yang pertama kali mengajukan permintaan kepada Shane Long. Jika Rojes meminta gelar juara EPL maka sudah dipastikan penantian selama 24 tahun ini akan segera berakhir, tapi kalau Gerrard yang muncul dan minta perpanjangan kontrak sudah dipastikan trofi EPL akan kembali melayang karena Shane Long hanya melayani satu permintaan.

Thursday, November 6, 2014

Menunggu Diamond dan Perubahan Line Up LFC

Liverpool akan melanjutnya kiprahnya kembali di EPL dan sabtu malam anak asuh Brendan Rodgers ini akan menjamu tim yang musim lalu menjadi penyebab kegagalan meraih trofi pertama sejak Divisi Utama berubah menjadi Premier League. Gol dari Demba Ba dan Willian menjadi pemisah hasil kedua tim dan Jose Mourinho menepuk dada membanggakan kepiawaiannya dalam urusan parkir memarkir. Mungkin Mourinho harus mencoba bagaimana caranya memarkir bus di Indonesia sehingga dia tidak jumawa seperti itu.

Pekan ke 11 ini Liverpool menjamu Chelsea dengan modal kekalahan dua kali beruntun dari Newcastle dan Real Madrid, sementara Chelsea adalah pemimpin klasemen EPL dengan 26 poin dan satu satunya tim yang belum tersentuh kekalahan musim ini. Catatan yang mungkin agak membuat sejumlah pendukung Liverpool gundah gulana karena tim kesayangannya terancam hattrick kekalahan beruntun. Meskipun demikian, saya bukanlah kaum pesimis tersebut. Saya memiliki keyakinan Chelsea tidak akan semudah yang orang bayangkan untuk memporak-porandakan Anfield.

Siapakah tim dengan pertahanan terbaik di EPL musim ini? Bukan, bukan Chelsky Bus Company tapi Southampton, tim yang pada pekan pertama dikalahkan Liverpool 2-1. Memang ketika itu pemain pemain baru belum terlalu nyetel dengan strategi Koeman sehingga alasan untuk mengatakan "Liverpool are shit" selalu saja ada. Tapi pertahanan Chelsea juga tak terlalu spesial, mereka telah kebobolan 10 gol dan hanya 3 kali sukses clean sheet di EPL, bahkan Everton bisa membobol gawang mereka sebanyak tiga kali. Come on, pertahanan mereka tak seperti 2004-2005 yang hanya kebobolan 15 kali sepanjang musim dan sukses mencatatkan 25 kali clean sheet.

Ada banyak celah yang harusnya bisa dimanfaatkan oleh Liverpool sabtu nanti dengan catatan Rodgers tidak ngotot untuk main menyerang habis habisan, karena itu sama saja dengan bunuh diri. Curtois tidaklah sebagus Petr cech dalam urusan menjadi shot stopper dan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh Balotelli yang punya hobi menembak dari luar kotak penalti (karena untuk bisa masuk kedalam kotak penalti adalah hal yang sangat sulit). Menembak dari luar kotak penalti adalah pilihan yang tepat untuk memecahkan kebuntuan ketika membongkar pertahanan Chelsea.

Absennya Costa harusnya bisa dimanfaatkan dengan maksimal oleh Rodgers, karena Drogba tidaklah setangguh beberapa musim yang lalu. Masalah finishing jelas krusial bagi mourinho sedangkan Hazard bukanlah gelandang haus gol. Meskipun agak sedikit panik kalau harus membayangkan Glenjo akan menjada Hazard di sektor kanan, sedangkan Gerrard harus berjuang mengcover area tengah di sana ada fabregas dan Oscar, sungguh sulit, membayangkan saja sulit.

Masalah siapa yang bakal starting pun kembali menjadi masalah yang pelik terutama setelah Liverpool B sukses mencegah kebobolan lebih banyak dari Real Madrid di Bernabeu, banyak yang menyatakan formasi seperti itulah yang harusnya diterapkan Rodgers ketika menjamu Chelsea sabtu nanti. Liverpool B berhasil meredam counter attack mematikan Real Madrid dan konon katanya sampai saat ini C. Ronaldo masih belum ditemukan pasca "dikocekin" sama Kolo Toure.

Mengenai masalah Lovren, jelas saja soal pengalaman dan mental doi kalah dari Kolo Toure yang merupakan salah satu personel Arsenal ketika mereka mengalahkan Real Madrid 1-0 di Bernabeu jadi harusnya tidak ada yang heran kenapa Kolo bisa bermain apik kemarin. Penampilan apik Kolo hendaknya memacu Lovren untuk segera kembali ke bentuk permainan terbaik seperti ketika menghadapi Dortmund di pre season kalau tidak ingin dicap sebagai "Aspas Edisi Defender". Dengan usia yang masih muda harusnya Lovren bisa belajar lebih cepat seperti yang dilakukan oleh Skrtel musim lalu padahal usianya sudah tak muda lagi.

Memilih slot tengah jelas pekerjaan yang sangat sulit apalagi dengan adanya kapten yang tak mungkin tergusur serta mesin permainan bernama Henderson membuat pertandingan melawan Madrid seolah seleksi bagi Allen, Lucas, dan Can untuk memperebutkan satu slot selain Hendo dan Gerrard. Sungguh tak adil jika mengingat peforma apik ketiganya ketika meredam lini tengan Madrid yang berisikan Modric, Kroos, James, dan Isco namun sistem Rodgers sudah seperti itu dan mereka bertiga harus menerimanya sampai paling tidak hingga si kapten tak lagi memperpanjang kontrak atau pensiun.

Lini depan akan menjadi jatah Sterling, Balo, dan mungkin Coutinho, yang mana formasi ini begitu buntu ketika menghadapi Newcastle sampai sampai tidak menghasilkan satupun shot on target babak pertama. Mungkin saatnya Rodgers mempertimbangkan Diamond dengan menduetkan Borini dan Balotelli yang disupport oleh Sterling karena ada statistik dari @natefc yang mengungkapkan bahwa Sterling sangat tidak efektif jika di letakkan disebelah kanan. Jika demikian, emncoba diamond adalah kesempatan terbaik Rodgers jika tidak ingin Liverpool berjarak 6 poin dengan peringkat 4 (maaf kita terlalu jauh dengan Chelsea).

Good Bless Liverpool...

Saturday, October 25, 2014

IN RODGERS WE MUST TRUST !!!

Pada wawancara terakhirnya Rodgers dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak membutuhkan "defensive coach" untuk membenahi pertahanan Liverpool yang belakangan terus menjadi kritik akibat start kurang bagus musim ini. Pertahanan ala medioker seperti ketika menghadapi QPR ternyata tidak membuka mata Rodgers akan saran dari rekan rekan di twitter yang sempat mengajukan Carragher atau Hyppia sebagai pelatih defense. Dia berkeras mengatakan bahwa tidak membutuhkan pelatih defense dan menegaskan bahwa anak anak baru seperti Lallana, Balotelli, Markovic, dan pembelian lainnya masih belum menyatu dengan skema permainan Liverpool.

Kehilangan Suarez merongrong seluruh kekuatan Liverpool ditambah lagi dengan absennya Sturridge karena cedera semakin membuat daya gedor lini serang semakin tak bergigi. Bahkan saking tak bergiginya sampai sampai Caulker dan Dunn yang akhirnya memasukkan bola ke dalam gawangnya sendiri karena mungkin frustasi melihat serangan Liverpool tak sekalipun membahayakan gawang mereka. Kehilangan Suarez benar benar berdampak sistemik (meminjam istilah kasus Bank Century) terhadap kekuatan Liverpool, bukan hanya karena kehilangan tukang cetak gol dan assist tapi karena Suarez adalah garis pertahanan pertama yang bertugas melakukan pressing dan intimidasi kepada bek bek dan gelandang bertahan lawan sehingga tidak leluasa membangun serangan dari bawah. Bek lawan akan panik dan tidak leluasa memainkan bola ketika melihat Suarez mendekat karena jika kehilangan bola sama saja dengan bunuh diri. Pressure terhadap bek lawan lah yang musim ini tidak dimiliki oleh Liverpool, Balotelli jelas tidak mampu memberikan rasa takut karena dia adalah tipikal striker statis yang coverage nya tidak luas sehingga bek lawan akan dengan leluasa memainkan bola untuk membangun serangan.

Masalah pertahanan sendiri sudah terlihat sejak musim 2012/2013 di mana Liverpool kemasukan 47 gol, turun dari musim sebelumnya yang mana kemasukan 40 gol. Rodgers adalah pelatih yang memainkan taktik menyerang sehingga kebobolan sampai 50 gol musim lalu tertutupi oleh 101 gol yang berhasil disarangkan ke gawang musuh. Liverpool di era King Kenny hanya mampu memasukkan 47 gol, sedangkan Rodgers di musim pertamanya berhasil membuat Liverpool mencetak 71 gol. Peningkatan yang signifikan menunjukkan bahwa Rodgers membenahi Liverpool dimulai dari lini depan dan musim lalu kemampuan lini serang sudah tak diragukan lagi.

Di bursa transfer musim panas 2014 Liverpool melepas Suarez (pemain yang berkontribusi terhadap 40% gol tim) ke Barcelona sekaligus memecahkan rekor penjualan sebelumnya atas nama Fernando Torres. Disinilah cobaan itu dimulai, Rodgers harus bisa memaksimalkan dana hasil penjualan Suarez dan mendatangkan pemain pemain berkualitas lainnya yang bisa menambal lubang yang ditinggalkan Suarez (walaupun tidak mungkin). Berhubung tidak mungkin mendatangkan pengganti yang sepadan dengan Luis Suarez maka Liverpool pun berinvestasi dengan mendatangkan sejumlah pemain muda berbakat untuk mengisi slot lapangan tengah dan membeli sejumlah pemain bertahan.

Ternyata membeli pemain bertahan baru pun tidak bisa membuat pertahan Liverpool membaik, malah semakin terlihat seperti pertahanan tim tim yang baru promosi. Sistem pertahanan adalah masalah utama, bukan individu seperti Lovren, Manquillo, ataupun Moreno. Saya melihat baik SKrtel maupun Lovren hampir selalu memenangi aerial duel ketika ada longpass menuju area pertahanan, namun keduanya menjadi tak berdaya ketika menghadapi set pieces. Liverpool telah kebobolan 12 gol musim ini dan hanya sekali berhasil clean sheet yaitu ketika bertandang ke White Hart Lane.

Isu pertahanan membuat ROdgers gerah dan akhirnya meskipun baru saja dihajar Madrid 3 gol tanpa balas di Anfield dia melontarkan pernyataan bahwa Liverpool tidak membutuhkan pelatih defense (what a banter). Rodgers menegaskan bahwa Liverpool harus tetap menyerang dan atraktif, tidak memarkir pemain (walaupun saya tidak yakin Liverpool bisa memainkan strategi parkir bis) dan mementingkan hasil akhir. Keras kepalanya Rodgers membuat saya salut, dia tidak peduli dengan ocehan orang lain (termasuk carragher dan gary neville) dan tetap mempertahankan filosofi menyerangnya untuk membangun kembali kejayaan tim Merseyside Red (wait, what glory?).

Saya yakin Rodgers akan berhasil mengatasi persoalan lini serang Liverpool seiring dengan berjalannya waktu (tsaaahhh), masih ada 30 pertandingan tersisa dan sekarang LFC ada di peringkat 5 diatas Arsenal, Manchester United, dan Everton. Di saat Sturridge cedera dan tim masih belum padu Liverpool masih berada di peringkat 5, apalagi yang harus diragukan? Dengan kembalinya Sturridge serta semakin klopnya anak baru dengan filosofi Rodgers saya yakin Liverpool masih bisa finish di 4 besar EPL serta melangkah jauh di turnamen turnamen lainnya. Lagipula ROdgers telah berhasil melampaui target awal ketika ditunjuk sebagai pelatih yang mana target Rodgers pada saat itu adalah membawa Liverpool kembali ke UCL dalam waktu 3 tahun (sekarang tahun ketiga dan LFC sudah di UCL).

Saya memang tidak pernah berharap untuk cleansheet, karena cleansheet tanpa mencetak gol toh percuma. Bahkan jikapun Carragher dan Hyppia terlahir muda kembali saya tidak yakin mereka bisa mengatasi masalah di lini pertahanan karena memang sudah dari taktik Rodgersnya yang seperti itu. Masih ingat ketika dilatih King Kenny? LFC kesulitan mencetak gol meskipun pertahanan terbilang cukup tangguh dan hanya bisa finnish di tempat ke 8. Shit defense, great attack itulah yang saya harapkan dari anak asuh Brendan musim ini. Mari kita tunggu sampai dengan Desember apakah kemampuan mencetak gol Liverpool akan kembali atau malah mengulangi musim 2011/2012...

IN RODGERS WE MUST TRUST !!!

Thursday, September 4, 2014

Kejutan Dari Skuad Baru Bayer Leverkusen

Bayer Leverkusen sejatinya musim lalu diprediksikan akan bisa mengganggu dominasi Bayern Munchen dan Borussia Dortmund di pentas Bundesliga setelah pada musim 2012/2013 berhasil finish di peringkat 3 dengan Stefan Kiessling sebagai top skornya. Namun kepergian Schurrle dan Carvajal membuat musim 2013/2014 menjadi begitu berat bagi tim yang pada saat itu dilatih oleh Sami Hyppia, apalagi Heung Min SOn dan Donati yang diplot untuk menggantikan peran kedua pemain penting tersebut gagal mengangkat performa tim. Leverkusen gagal mengganggu dominasi Munchen dan Dortmund, bahkan mereka nyaris gagal ke Liga Champions andai saja Wolfsburg bisa konsisten hingga pertandingan terakhir Bundesliga musim itu. Sami Hyppia pun dipecat pada bulan April karena dianggap gagal, taktik counter attacknya tak lagi berjalan mulus pasca fullback andalannya (Dani Carvajal) diganti oleh Donati, fullback timnas U-21 Italia yang kalah di final melawan Spanyol. Donati tak segarang Carvajal di sektor kanan sehingga skema counter attack Sami tak lagi menakutkan seperti musim sebelumnya.

Leverkusen menunjuk manajer Red Bull Salzburg, Roger Schmidt sebagai suksesor Sami Hyppia untuk mengarungi ketatnya musim 2014/2015 ini. Rudi Voeller pun bergerak cepat di bursa transfer, setelah kepergian Emre Can ke Liverpool mereka langsung mendatangkan Hakan Calhanoglu, Josip Drmic, Wendell, Tin Jedvaj, serta meminjam Kyriakos Papadopoulos. Sejumlah pemain pinjaman pun telah kembali dari masa peminjaman termasuk Karim Bellarabi yang baru saja selesai dari Braunschweig.

Dengan datangnya Hakan Calhanoglu maka formasi Leverkusen pun berubah dari sebelumnya 4-3-3 menjadi 4-2-3-1 dan Calhanoglu dimainkan di belakang striker. Hengkangnya Sidney Sam tidak membuat Roger panik karena dia telah mendapatkan penggantinya pada seorang Karim Bellarabi, pemain yang mencetak satu gol dan satu assist ketika Leverkusen berhasil Dortmund di kandangnya sendiri dengan skor 0-2.

Berhasil menaklukkan Dortmund di Iduna Park sudah menjadi bukti bahwa Leverkusen tidak bisa dianggap remeh musim ini terlebih setelah anak asuh Roger Schmidt ini menyingkirkan FC Copenhagen dengan aggregat 7-2 untuk memastikan satu tempat di babak grup Liga Champions. Kombinasi pemain senior dan junior berjalan dengan baik sejauh ini, terlebih setelah bergabungnya pemain pemain baru. Hakan sendiri baru berumur 20 tahun, Tin Jedvad 18 tahun, sementara kiper yang menjadi pahlawan melawan Dortmund, Bern Leno genap 22 tahun. Mereka bergabung dengan Kiessling (30 tahun), Emir Spahic (34 tahun), dan Rolfes (32 tahun) untuk menjadikan Leverkusen sebagai penantang serius Bayern Munchen musim ini.

Friday, August 29, 2014

Mitos Edisi Kedua

Pada awal musim 2013/2014 Liverpool mendatangkan Mamadou Sakho dari klub kaya raya asal kota mode, Paris Saint Germain dengan mahar 15 juta pound. Sakho pun menjadi marquee signing Brendan Rodgers pada bursa transfer musim panas tersebut setelah sebelumnya juga mendatangkan Iago (Corner) Aspas, Luis (bench) Alberto, Simon Mignolet, dan Tiago (loan) Ilori (mohon maaf untuk para pemain pinjaman dan free transfer tidak disebut karena keterbatan waktu dalam mengetik nama mereka). Sakho adalah seorang LCB kidal dan memiliki posisi yang sama dengan Daniel Agger yang merupakan bek terbaik Liverpool di musim sebelumnya. Spekulasi pun bermunculan tentang bagaimana cara memainkan Sakho dan Agger bersamaan karen jarang dijumpai ada duet bek tengah yang sama sama kidal. Pembelian Sakho yang merupakan LCB pun membingungkan karena sebenarnya Liverpool membutuhkan RCB untuk berduet dengan Agger pasca pensiunnya Carragher dan Skrtel yang tak pernah lagi mendapatkan tempat utama pasca laga melawan Oldham di FA Cup.

Musim 2013/2014 berjalan dan Sakho tak kunjung berduet dengan Daniel Agger di lini belakang Anfield Gank, bahkan malah Skrtel yang posisinya tak tergantikan sampai musim berakhir. Nasib Agger kini semakin tidak jelas dan Skrtel yang sekarang tenang tenang saja karena posisinya aman sebagai bek tengah andalan Brendan. Roda memang berputar dengan sangat cepat, jadi Sakho didatangkan bukan untuk berduet dengan Agger tapi untuk bersaing dan hasilnya sang marquee signing yang menjadi pilihan utama.

Transfer musim panas kali ini Liverpool menebus Dejan Lovren dari Southampton seharga 20 juta pound dan diharapkan bisa menambal lubang di lini pertahanan. Namun ternyata meskipun bukan kidal, Lovren adalah LCB sama seperti Sakho dan kembali mitos duet LCB menghantui. Bisakah dua LCB bermain bersamaan? Lantas bagaimana nasib Sakho? Hingga pekan ke dua belum sekalipun brendan memainkan Sakho, dua laga awal selalu duet Skrtel-Lovren yang menjadi pilihan utama Brendan. Sambil menunggu pekan pekan bergulir mari kita nantikan mitos edisi ke dua kali ini... YNWA

Tuesday, August 19, 2014

Problem Menentukan Duet Bek Tengah

Premier League musim 2013/2014 baru saja dimulai, kini penikmat sepakbola tanah Inggris kembali memiliki tontonan di akhir pekan setelah libur kurang lebih 3 bulan lamanya. Anggota "BIG FOUR" sukses mengamankan poin sempurna di partai pembuka kali ini untuk menunjukkan bahwa mereka siap bersaing untuk mengangkat trofi liga di akhir musim. Tentu saja saya tidak perlu menjelaskan secara spesifik siapa saja yang dimaksud dengan "BIG FOUR" karena tidak mungkin peringkat 14 disebut "BIG FOUR". AMIRITE?

Lupakan tentang BIG FOUR karena itu bukanlah topik pembahasan kali ini, yang menjadi topik kali ini adalah Martin Skrtel, bek tengah Liverpool yang musim lalu mendapatkan penghargaan sebagai Defender Terbaik versi whoscored. Terlepas dari layak atau tidaknya Skrtel mendapatkan penghargaan tersebut tentu saja hal tersebut bukan merupakan urusan saya karena whoscored punya formula dan standar sendiri dalam menilai pemain berdasarkan statistik dan bukan omong kosong di twitter apalagi kompilasi video di Youtube.

Martin Skrtel kembali menjadi pilihan utama Brendan Rodgers di musim ini, pada laga pembuka EPL minggu lalu bek asal Slovakia ini berduet dengan Dejan Lovren di jantung pertahanan Liverpool yang berarti Sakho harus rela menjadi benchwarmer pada laga kali ini. Disinilah saya secara pribadi agak heran dengan pilihan Rodgers, Skrtel berhasil membuat Mamadou Sakho (bek yang tampil luar biasa apik selama pergelaran World Cup 2014) hanya duduk manis di bangku cadangan. Berarti dapat di simpulkan bahwa bek 17 juta pound harus bersaing dengan bek 20 juta pound untuk memperebutkan satu tempat di sisi Skrtel.

Namun patut disadari bahwa meskipun "right footed" ternyata Dejan Lovren bukanlah RCB seperti Skrtel, dia lebih sering dimainkan sebagai LCB oleh Pocchetino musim lalu di Southampton. Dengan demikian berarti Lovren harus bersaing dengan Sakho untuk menjadi starting eleven, padahal saya berharap Sakho dan Lovren yang menjadi tembok pertahanan Liverpool. Rodgers tentu punya pertimbangan yang matang mengenai keputusan ini dan kita tahu bahwa mantan pelatih Swansea ini selalu punya cara untuk mengatasi masalah seperti ini. Musim lalu banyak yang ragu apakah Sturridge dan Suarez bisa bermain bersamaan dan Rodgers berhasil mengotak atik formasi untuk menyatukan mereka sehingga keduanya menjadi duet striker paling mematikan di Liga Inggris. Artinya jangan pernah ragu mengenai masalah Sakho dan Lovren ini, manager Liverpool pasti punya cara untuk menjadikan mereka sebagi duet bek terbaik seperti yang dilakukannya terhadap duet SAS musim lalu.

Sekarang pertanyaanya adalah apakah betul Skrtel tidak sebaik Sakho dan Lovren? Untuk laga pertama saya mencoba membuka whoscored dan squawka untuk mencari jawaban dari pertanyaan ini karena saya tidak paham mengenai cara bermain yang baik dan benar jadi saya hanya membuat kesimpulan berdasarkan dari statistik yang disediakan oleh kedua situs ini.
Yang pertama adalah berdasarkan whoscored, Skrtel mendapatkan rating 8.5 di laga melawan Southampton dan hanya Raheem Sterling yang ratingnya lebih baik di Liverpool (8.9), bahkan Skrtel menempati urutan ketujuh dari seluruh pemain EPL, berdasarkan rating whoscored Skrtel lebih baik dari Lovren (7.6).
Berikut ini adalah statistik lain perbandingan Lovren dan Skrtel.




 



Sedangkan menurut squawka bahkan Skrtel meraih skor tertinggi yaitu 67, lebih baik dari Sterling (60) dan Lovren (46). Memang statistik tidak bisa sepenuhnya dijadikan acuan dalam menentukan baik atau tidaknya pemain, tapi statistik juga tidak bisa berbohong (tidak seperti kompilasi video di youtube). Skrtel memenangi 7 dari 8 aerial duelnya yang menunjukkan bahwa sekiranya Skrtel masih tangguh untuk urusan duel udara meskipun belum berduel dengan striker striker raksasa.
Karena baru satu pertandingan tentu saja saya tidak bisa mengatakan apakah Skrtel lebih baik atau tidak dari Lovren dan Sakho, namun yang pasti Skrtel adalah salah satu pemain kunci Liverpool di sektor pertahanan musim lalu.

Wednesday, June 25, 2014

Meksiko, Negara 16 Besar Piala Dunia

Tanggal 23 Juni 2014 jam 17.00 di Arena Pernambuco digelar laga hidup mati penentuan siapa yang akan lolos ke babak 16 besar antara Kroasia dan Meksiko. Kedua tim ini harus saling "bunuh" untuk memperebutkan jatah terakhir karena Brazil selaku tuan rumah akan menghadapi Kamerun (tim yang telah kalah dua kali, jadi tidak ada alasan bagi Brazil untuk gagal menang dan pada akhirnya memang Neymar dan rekan rekannya berhasil membantai Kamerun 4-1). Meksiko hanya perlu hasil seri untuk lolos sedangkan Kroasia wajib menang, sehingga tidak ada alasan bagi Luka Modric untuk bertelanjang ria sebelum menghadapi Meksiko.

Kroasia tentu saja lebih diunggulkan dengan bermaterikan sejumlah pemain yang bermain di klub top eropa seperti Luka Modric (Real Madrid), Mandzukic (Bayern Munchen), Ivan rakitic (Sevilla, dan baru saja bergabung ke Barcelona), dan Kovacic (Inter Milan). Meksiko kebanyakan memakai pemain Liga lokal mereka termasuk sang kapten Marquez, hanya Javier "Chicarito" Hernandez yang bermain di Liga Inggris dan itupun hanya menjadi pelapis dari Danny Wellbeck (tentu saja kemudian semua orang paham kenapa Miguel Herrera lebih memilih Peralta ketimbang Chicarito, bagaimana mungkin anda akan memakai penyerang yang hanya merupakan pelapis Welbeck di ajang sekelas Piala Dunia).

Namun ternyata meskipun diperkuat oleh pemain top, Kroasia tidak bisa berbuat banyak ketika menghadapi Meksiko dan mereka kandas 1-3 sekaligus harus bersiap siap mengemas kopernya untuk menyusul Spanyol dan Inggris. Rakitic pun bisa langsung mengunjungi markas klub barunya untuk sesi foto foto sehingga akun twitter @barcastuff punya sejumlah foto untuk diuploadnya untuk menghibur para followernya yang kecewa setelah Barcelona gagal di tiga kompetisi musim ini.

Meksiko berhasil menjaga tradisi mereka yang selalu lolos ke babak 16 besar sejak tahun 1994, bahkan tim yang diperkuat oleh pemain juara UCL tidak mampu membendung mereka, sungguh penegasan bahwa tradisi tidak bisa dianggap remeh di ajang Piala Dunia. Inggris (terutama Roy Hodgson) harus mencontoh bagaimana cara Meksiko menjaga tradisi mereka di Piala Dunia bukan malah membuat rekor baru dengan pulang awal seperti yang terjadi barusan.

Rekor Meksiko unik, mereka memang selalu berhasil lolos dari babak grup di Piala Dunia sejak tahun 1994, namun benar benar sebatas sampai di babak 16 saja tidak pernah lebih. Meksiko kesulitan untuk bisa mengulangi pencapaian di tahun 1970 dan 1986 ketika mereka berhasil menembus perempat final. Memang Piala Dunia tak semudah piala emas Concacaf di mana saingan Meksiko hanyalah Amerika Serikat yang lebih doyan melakukan touch down atau slam dunk ketimbang mencetak gol, jadilah Meksiko penguasa sejati di zona Concacaf.

Finish sebagai runner-up grup A membuat Meksiko harus menghadapi Belanda yang sedang onfire dengan 3 kemenangan di grup B dan peluang meksiko untuk memperpanjang rekor mereka yang selalu berakhir pada babak 16 besar di 20 tahun terakhir Piala Dunia akan kembali menguat. Sebenarnya mereka berhasil terhindar dari Argentina yang selalu menyingkirkan mereka pada babak 16 besar di dua edisi terakhir Piala Dunia, namun dengan harus bertemu Belanda tampaknya meksiko harus bersiap untuk memperpanjang catatan mereka sebagai "spesialis 16 besar Piala Dunia".

Rafael Marquez tentu saja ingin Meksiko melangkah lebih jauh di Piala Dunia kali ini, namun seperti yang kita tahu bahwa Robben selalu saja berlari jadi tidak ada harapan bagi mereka untuk bisa menghentikan Robben dengan hanya "melangkah lebih jauh"...kecuali Robben terpeleset

Wednesday, June 11, 2014

Mengintip Skuad Algeria di World Cup 2014

Untuk ke empat kalinya Algeria berhasil lolos ke putaran final Piala Dunia dan mereka akan bergabung dengan salah satu kandidat kuat juara yang di klaim memiliki generasi emas yakni Belgia, serta dua negara berpengalaman lainnya Russia dan Korea Selatan. Dari tiga kali mengikuti Piala Dunia Algeria tidak pernah melangkah kebabak selanjutnya, mereka selalu angkat koper di awal awal turnamen dan dianggap sebagai penggembira saja. Meskipun kalah pamor dengan 3 negara lainnya, Algeria jelas tak bisa dianggap remeh apalagi penghuni skuadnya kali ini sudah banyak yang bermain di Liga top Eropa. Berikut kira kira sedikit catatan tentang skuad Algeria di Piala Dunia kali ini.

Sektor Belakang

Algeria memang tidak memiliki kiper yang pernah mencicipi liga liga top, namun tidak dengan defendernya, ada beberapa nama yang tengah bersinar di klubnya masing masing di antaranya adalah Faouzi Ghoulam yang baru saja meraih gelar juara Coppa italia bersama Napoli. Ghoulam selalu menjadi andalan Rafael Benitez sebagai bek kiri di Serie-A sejak kedatangannya dari Saint Etienne di Januari lalu. Essaid Belkalem (Watford, on loan from Granada), Madjid Bougherra (Lekhwya Club), Liassine Cadamuro (Mallorca), Faouzi Ghoualm (Napoli), Rafik Halliche (Academica Coimbra), Aissa Mandi (Stade Reims), Carl Medjani (Valenciennes), Djamel Mesbah (Livorno), Mehdi Mostefa (AC Ajaccio). Meskipun bukanlah tipe pemain kelas dunia, tapi jelas pasti akan bisa memberikan perlawanan sengit kepada 3 kontestan lain dan tidak akan membiarkan gawang mereka dibombardir dengan mudah.

Gelandang

Praktis nama top yang mengisi slot tengah Algeria hanyalah Bentaleb dan Brahimi, Bentaleb sempat tampil menjanjikan di bawah asuhan Tim Sherwood meskipun pada akhirnya Pochetinno yang menjadi manajer baru Spurs musim depan sedangkan Brahimi adalah pemain dengan dribel sukses terbanyak di La Liga musim 2013/2014 menurut Whoscored, lebih banyak dari Lionel Messi, Neymar, Muniain, dan lain lainnya. Meskipun demikian, sulit untuk berharap gelandang Algeria lainnya akan mampu mengimbangi gelandang top milik Belgia.

Selain dua nama di atas terdapat nama nama lain yang juga bermain di Eropa mereka adalah Medhi Lacen (Getafe), Saphir Taider (Inter Milan) dan Hassan Yebda (Udinese). Saphir Taider merupakan gelandang muda berbakat yang dibeli Inter dari Bologna, dengan umur yang masih 22 tahun dan Inter yang dibawah kepemilikan baru tentu saja Taider ini masih bisa berkembang lebih baik.

Terlepas dari nama nama sebelumnya, Sofiane Feghouli akan menjadi tumpuan di lini tengah Algeria. kreatifitasnya duharapkan setidaknya mampu untuk membongkar lini pertahanan musuh karena dia sudah memiliki pengalaman yang cukup di Valencia dan sudah bertarung dengan gelandang gelandang top di La Liga, jadi setidaknya dia bisa menularkan ilmu yang sudah dimilikinya kepada rekan rekan lainnya.

Penyerang

Masalah yang sangat serius sebenarnya ada di sektor penyerang, nyaris tidak ada nama top di sana Abdelmoumene Djabou (Club Africain), Nabil Ghilas (Porto), Riyad Mahrez (Leicester City), Islam Slimani (Sporting Lisbon, Portugal) dan Hilal Soudani (Dinamo Zagreb) tampaknya akan sulit untuk meenjadi tumpuan untuk mencetak gol kecuali jika ada dari antara mereka yang jago membuka ruang sehingga gol datang dari lini kedua yang mungkin lebih bisa membahayakan gawang lawan.

Hilal Soudani mungkin akan menjadi pilihan utama, karena dia adalah pemain asli kelahiran Algeria. Harap maklum bahwa pemain di timnas Algeria ini banyak berisi anak anak yang lahir dan besar di Prancis yang kemudian memutuskan untuk membela tanah asal orang tuanya. Tidak ada yang tidak mungkin, tinggal bagaimana saja Algeria menghadapi Russia dan Korea Selatan agar paling tidak bisa memberikan kejutan dengan lolos ke babak 16 besar.

Tuesday, June 10, 2014

Menanti Kejutan Negara Penghasil Jam Tangan

Sambil iseng iseng mengisi waktu jelang UAS saya mencoba membedah kekuatan negara kuda hitam yang akan ikut serta di ajang Piala Dunia Brazil 2014 kali ini dan yang pertama akan saya ulas kali ini adalah Swiss (Switzerland). Anda mungkin tidak asing mendengar nama negara penghasil arloji terbaik di dunia ini, apalagi jika anda sering mendengar isu tentang para pejabat yang menyimpan uangnya di bank luar negeri dan negara tempat penyimpanan itu pastilah Swiss. Baiklah saya tidak akan membahas lebih jauh mengenai jam tangan ataupun bank bank di negara tersebut, mari kita mengulas kekuatan sepakbola negara ini.

Swiss bukanlah kekuatan baru di ajang Piala Dunia, pegelaran kali ini adalah untuk yang ke sepuluh kalinya mereka berkompetisi di pesta sepakbola empat tahunan tersebut. Prestasi terbaik Swiss di ajang turnamen yang dulu bernama Jules Rimet Cup ini adalah mencapai babak perempatfinal di tahun 1934 dan 1938 dimana turnamen ini dimenangkan oleh Mussolini dengan paham fasisnya serta ketika menjadi tuan rumah di tahun 1954. Tapi pasca menjadi tuan rumah prestasi Swiss di Piala Dunia cenderung turun drastis, bahkan mereka sempat absen di 6 Piala Dunia rentang tahun 1970 sampai 1990. Ketika Jerman menjadi tuan rumah di tahun 2006 Swiss sempat memberikan kejutan dengan menjadi pemimpin grup G di mana pada grup ini mereka bergabung bersama Prancis, Togo, dan Korea Selatan. Sayangnya kiprah Frei dan kawan kawan hanya sampai di babak 16 besar setelah 3 penendang penalti mereka tidak ada satupun yang bisa menjebol gawang Shovkhovskiy di babak tos tosan. Dan satu hal yang paling penting adalah bahwa bek kanan Swiss pada saat itu adalah Philip Degen!

Banyak yang bingung kenapa Swiss bisa menduduki ranking ke 6 di FIFA dan itu menjadi pelecut dari pemainnya bahwa mereka bisa berbuat banyak di Piala Dunia kali ini. Tergabung di grup yang tergolong ringan di babak kualifikasi zona Eropa membuat anak asuh Ottmar Hitzfeld ini tidak menemui kesulitan yang berarti dan berhasil lolos langsung tanpa sekalipun menelan kekalahan. Dilatih oleh pelatih berpengalaman sekaliber Ottmar Hitzfeld yang sudah memenangi 19 trofi termasuk dua trofi Liga Champions tentu saja menjadi nilai lebih bagi Swiss dan tentu saja kali ini mereka akan berusaha agar tidak hanya menjadi tim pelengkap.

Ottmar Hitzfeld biasanya memakai formasi 4-2-3-1 yang mana dua fullback sudah menjadi jatah dari Ricardo Rodriguez di sektor kiri serta Lichtsteiner di kanan. Ricardo Rodriguez adalah bek kiri terbaik Bundesliga musim ini (menurut saya), di mana bersama Wolfsburg musim ini dia telah mencetak 5 gol dan membuat 9 assist, tentu saja catatan itu sudah luar biasa bagi pemain yang baru saja berumur 21 tahun. Untuk duet bek tengah Swiss mempunyai begitu banyak daftar bek yang bermain baik di klubnya masing masing di mulai dari Fabian Schaer yang merupakan bek tengah andalan FC Basel (silakan cek statistik penampilan bek 22 tahun ini di whoscored.com dan liat rataan intersep dan tekelnya), setelah Fabian Schaer Swiss masih punya Djourou yang sekarang menjadi andalan Hamburger SV setelah tak mampu bersaing di Arsenal. Selain dua nama di atas jangan lupakan juga Sanderos yang kini bermain di Valencia, Micahel Lang yang berhasil membawa Grasshopper finish sebagai runner up Super League serta bek senior von Bergen yang sudah begitu berpengalaman di sejumlah Liga top Eropa.

Sebagai pengisi di dua slot Pivot tentu saja sudah menjadi jatah dari duo pemain Napoli yakni sang kapten Gokhan Inler dan Valon Behrami, duet Pivot yang sudah memberikan bukti di Napoli dan tentu saja bisa menjadi andalan Swiss di ajang Piala Dunia kali ini. Pelapis dari mereka berdua ada Gelson Fernandes (SC Freiburg) dan Dzemaili yang kebetulan juga setim dengan Inler dan Behrami. Sedangkan untuk tiga pemain yang akan menyokong striker mereka Xherdan Shaqiri (Bayern Munich), Valentin Stocker (Basel) yang mencetak 13 gol di Super League, dan Granit Xhaka (Borussia Monchengladbach) yang katanya sempat di isukan diincar Liverpool namun kabarnya hilang berganti dengan Shaqiri. Kreatifitas bukanlah masalah bagi Swiss, Shaqiri akan menjadi kunci kreatifitas dari mereka.

Swiss memiliki begitu banyak penyerang muda yang sedang naik daun, mereka adalah :
  • Josip Drmic : penyerang 21 tahun andalan Nurenberg yang mencetak 17 gol di Bundesliga namun sekarang sudah deal pindah ke Leverkusen pasca timnya turun kasta, mungkin di proyeksikan oleh Rudi Voeller untuk menggantikan Stefan Kiessling.
  • Admir Mehmedi : mencetak 12 gol dan 4 assist bersama Freiburg, dengan umur 23 tahun jelas bahwa Mehmedi masih memiliki banyak waktu untuk tampil bersama timnas Swiss
  • Mario Gavranovic : Striker 24 tahun asal klub FC Zurich yang telah mencetak 13 gol dan 8 kartu kuning, melihat kiprahnya tampaknya dia tidak akan menjadi pilihan utama Ottmar di Brazil kali ini
  • Haris Seferovic : top skor Piala Dunia U-17 tahun 2009 dan merupakan aktor utama yang membawa Swiss meraih gelar juara bersama Granit Xhaka, Ricardo Rodriguez, dan Kasami. Seferovic memang hanya mencetak dua gol bersama Sociedad musim ini, namun Ottmar tetap memanggilnya untuk bersaing memperebutkan tempat sebagai ujung tombak dari timnya.

Masalah Swiss memang masih kurang berpengalamannya para striker mereka terlebih setelah Derdiyok tidak masuk ke dalam daftar yang dibawa ke Brazil, namun di bawah tangan dingin Ottmar Hitzfeld tentu saja Swiss bisa menampilkan sesuatu yang berbeda di pegelaran kali ini. Dan oh ya, kiper mereka adalah Benaglio, kiper Wolfsburg tim yang musim lalu kebobolan 50 gol di Bundesliga.

 Mari kita nantikan sejauh mana kiprah Swiss di Brazil di mulai dari Grup E dimana mereka bergabung bersama Prancis, Ekuador, dan Honduras.

Friday, May 30, 2014

Season Review : Lucas Leiva

Lucas Leiva baru saja membuat heboh twitter ketika dia mengirim direct message kepada salah satu followernya di twitter yang membuat jokes tentang dirinya. Saya tidak akan membahas mengenai pemasalahan tersebut, seburuk buruknya peforma Lucas dia tetaplah statusnya masih pemain Liverpool dan tidak ada alasan untuk menjelekkannya meskipun mungkin peformanya agak kurang memuaskan.

Lucas kesulitan mendapatkan tempat di skema baru Liverpool pada musim ini di karenakan Rodgers telah mengubah Gerrard menjadi Deep-playmaker yang membuatnya butuh pelindung yang mobile untuk melakukan pressing terhadap lawan bukan seorang enforcer yang melakukan tekel dan intersep terhadap lawan. Jika di musim lalu Lucas masih bermain di belakang Gerrard untuk melindungi ke empat backfour ketika melakukan serangan maka di musim ini Liverpool tidak membutuhkan seorang anchorman setelah sang kapten menempati posisi barunya yang hampir sejajar dengan bek tengah. Henderson menjadi saingan utama Lucas untuk bersaing menempati slot di sektor tengah ditambah sembuhnya Joe Allen membuat ayah Pedro ini harus berjuang keras untuk menembus starting line up Liverpool.

Jumlah rataan tekel dan intersep Lucas pun jauh menurun dibandingkan dengan musim lalu setelah Liverpool mengalami perubahan skema musim ini, tercatat menurut whoscored.com tekel dan intersep Lucas pada musim 2012/2013 adalah 4,7 dan 2,5 yang kemudian turun menjadi 3,3 dan 1,9 di musim 2013/2014 padahal Liverpool adalah tim dengan rataan tekel paling banyak di EPL musim ini. Jadi kini Brendan tidak menuntut seorang gelandang untuk melakukan tekel tapi harus rajin melakukan pressing karena sadar duet bek tengahnya tidak ada yang melindungi jika pemain kreatif lawan dibiarkan berlama lama menahan bola.

Beruntunglah Lucas karena Brendan Rodgers sering berganti ganti formasi jadi dia tetap kebagian "jatah" untuk main meskipun kadang harus menunggu pemain lain absen. Ketika Gerrard absen di penghujung tahun Lucas mengisi slot tengah bersama Allen dan Henderson dan hasilnya tidaklah terlalu buruk bahkan sempat menghajar Spurs 5-0 di White Heart Line. Walaupun sempat merasakan dua kali kalah beruntun dari Chelsea dan Manchester City tapi lini tengah Liverpool tidak menjadi bulan bulanan Yaya Toure dan kawan kawan seperti tim tim lainnya.

Ketika Henderson harus absen 3 laga akibat kartu merah Lucas pun harus harus mengisi slot yang ditinggalkannya di saat saat yang krusial di mana Liverpool sedang berjuang untuk meraih gelar EPL pertamanya. Namun Lucas dinilai tak cukup baik untuk menggantikan Henderson dan dianggap gagal melindungi backfour Liverpool. Sebenarnya Lucas tidak bermain buruk, tapi karena dia ditempatkan di posisi baru membuatnya belum sempat beradaptasi ditambah lagi Jordan Henderson yang tampil sangat baik sepanjang musim membuat peforma Lucas yang sebenarnya standar terlihat buruk.

Musim telah berakhir dan isu Lucas bakal dijual kembali berhembus, kali ini Inter Milan dikabarkan meminatinya untuk bermain di Serie-A. Terlepas dari kesulitannya beradaptasi dengan skema baru Brendan, Lucas pernah menjadi pemain terbaik Liverpool dan begitu merindukannya ketika dia mengalami cedera di musim 2011/2012. Hey Lucas, I still love your tacke

Season Review : Daniel Sturridge

Apa jadinya jika Sturridge tidak mencetak 3 gol penentu kemenangan di 3 laga awal musim ini? Sulit membayangkan di peringkat berapa Liverpool akan berada sampai EPL musim 2013/2014 usai tanpa 3 kemenangan krusial tersebut, hasil yang sempat membuat Liverpool memimpin klasemen untuk beberapa minggu sebelum akhirnya kembali dikudeta oleh Arsenal. Sturridge menjadi juruselamat dan membuat orang lupa kalau saat itu Liverpool masih punya satu striker yang masih menjalani masa skorsing akibat ulah jahilnya di akhir musim 2012/2013.

Kembalinya Suarez dari masa skorsing sempat memunculkan isu kalau keduanya akan sulit saling berbagi karena diperediksikan akan sama sama ngotot untuk mencetak gol. Namun ternyata semua prediksi tersebut meleset, laga melawan Sunderland menjadi bukti sahih bahwa dua striker haus gol bisa saling bekerja sama untuk memenangkan timnya. Catatan 7 assist yang semuanya berasal dari open play menunjukkan bahwa Sturridge tidak semaruk yang orang katakan, dia adalah striker terbaik yang dimiliki oleh Inggris saat ini.

Mencetak 21 gol serta 7 assist semusim di liga terkompetitif di dunia tentu bukanlah hal yang mudah dan Sturridge berhasil melakukan pekerjaan tak mudah itu. Selebrasi dansa ciri khasnya telah mewarnai musim luar biasa Liverpool, kini tidak ada yang meragukan lagi kapasitasnya sebagai salah satu striker yang menakutkan di EPL (lebih baik dari Welbeck tentunya). Meskipun golnya di laga melawan Crystal Palace dianggap sebagai own goal bek lawan, FA tetap saja gagal membuat duet maut Liverpool gagal menjadi pimpinan daftar pencetak gol karena pada match terakhir Sturridge berhasil mencetak gol ke gawang Newcastle.

Sturridge terkadang memang agak menyebalkan karena sering berlama lama menahan bola di kakinya yang kadang kadang malah direbut oleh lawan sehingga ketika nobar di Cafe Raja sampai ada yang berteriak "WOY, PASSING LAH WOY". Tapi hey dia mencetak 21 gol, sudah lama sekali tidak ada striker Liverpool yang mencetak diatas 20 gol selain Suarez di musim lalu dan dia berharga 12 juta pounds, bukan 35 apalagi 50.

Sturridge kini bakal menjadi andalan utama Hodgson di Piala Dunia Brazil dan kita berharap tidak ada cedera yang menerpanya karena pemain nomor punggung 15 ini kerap mengalami cedera setelah membela timnas, entah apa yang dilakukan Roy Hodgson terhadap para pemainnya sehingga selalu ada saja yang membawa cedera ketika kembali ke klubnya masing masing. Setelah menunaikan tugasnya membela Inggris kita berharap dansa khasnya akan selalu terlihat di setiap laga musim depan karena Liverpool akan berlaga di empat kompetisi dan membutuhkan lebih banyak gol dari dirinya.

Tuesday, May 27, 2014

Season Review : Steven Gerrard

Gerrard untuk yang ketiga kalinya merasakan betapa pahitnya menjadi yang kedua, ironis memang meskipun selalu menjadi nomor satu di hati Alex Curran, Gerrard seperti tak berdaya untuk menjadi nomor satu di Liga Inggris. Di musim 2013/2014 ini kapten Timnas Inggris untuk Piala Dunia 2014 kembali merasakan pahitnya menjadi runner up setelah sebelumnya merasakan hal yang sama di musim 2001/2002 dan 2008/2009. Gerrard seperti seolah olah tak diijinkan untuk mencium trofi EPL, dia hanya dibolehkan untuk mencium FA Cup, Carling Cup, UEFA Cup, Champions League, dan *ehem* "kamera".

Di usianya yang sudah menginjak 33 tahun Gerrard dimainkan Rodgers sebagai deep playmaker, sebuah posisi baru bagi sang suami Alex Curran tentunya setelah sebelumnya dimainkan sebagai pemain di belakang striker oleh Rafael Benitez. Gerrard kini menjadi pengatur tempo permainan Liverpool sehingga kita tidak akan lagi melihat dia melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti seperti beberapa tahun lalu, kini Stevie-G bermain sejajar dengan dua bek tengah atau bahkan kadang lebih dalam lagi. Posisi yang menuntut intelegensi tinggi dan Gerrard sukses menjalankan tugasnya dengan baik sebagai deep-Playmaker, meskipun kesuksesannya menempati posisi baru tersebut ternoda oleh insiden terpelesetnya yang membuat Demba Ba berhasil mencetak gol dan memperkecil peluang Liverpool untuk menjadi juara meskipun pada akhirnya memang gagal juara.

Tak mudah bermain di posisi seperti Gerrard musim ini, Pirlo yang merupakan pelopor istilah "fake regista" pun mengakui kejeniusan Gerrard yang berhasil memainkan dengan baik peran barunya. Karena posisinya yang sangat berbahaya jika kehilangan bola itulah kenapa Rodgers selalu memainkan Henderson untuk mengcover Gerrard agar lebih leluasa mengatur tempo permainan dan ketika 3 laga tanpa Henderson terlihat bahwa Gerrard kesulitan untuk mengatur permainan karena Lucas yang menggantikan peran Henderson bermain statis tidak mobile untuk melakukan pressing terhadap lawan.

Gerrard kini tidak lagi melepaskan longball diagonal seperti musim lalu di mana Enrique ataupun Glen Johnson harus bersiap untuk menerima bola di sisi lapangan, taktik Rodgers musim ini mengharuskan Gerrard lebih jeli ketika melapaskan umpan karena harus memaksimalkan peluang untuk mencetak gol. Dengan tidak terlalu banyak bergerak di lapangan stamina Gerrard pun bisa optimal selama 90 menit karena lebih menggunakan intelejensinya dibandingkan speed and power.

Dengan bermain semakin di dalam berarti kesempatan untuk menciptakan gol lewat open play pun otomatis semakin mengecil, namun Gerrard tak kehabisan akal untuk memberikan kontribusi untuk Liverpool. Set pieces menjadi senjata mematikan milik Liverpool musim ini dan Gerrard adalah aktor dibalik ketajaman The Reds lewat skema set piece. Gerrard seolah menunjukkan kepada orang lain bahwa dia juga bisa seperti David Beckham yang begitu terkenal dengan tendangan melengkungnya, sehingga ada yang mengatakan bahwa nama panggilan Gerrard sudah berubah menjadi Setpieces-G karena kemampuannya setpiecesnya yang luar biasa di musim ini.

Meskipun kembali hanya menjadi yang kedua, setidaknya Gerrard telah mencapai targetnya di awal musim yang menargetkan Liverpool finish di empat besar. Dan musim depan Gerrard harus menularkan mental Eropa miliknya kepada rekan rekannya yang belum pernah merasakan atmosfer di UCL. Sebagai pemain paling senior yang sudah pernah merasakan dua kali final sudah layak dan sepantasnya jika Gerrard menjadi pemimpin bagi rekan rekannya yang mungkin belum pernah mendengarkan anthem Liga Champions secara langsung sebagai pemain.

Saturday, May 24, 2014

Season Review : Luis Suarez just can't get enough

Suarez harus melewatkan lima laga awal EPL bersama Liverpool akibat skorsing yang dijatuhkan FA setelah tertangkap basah menggigit Ivanovic dan seluruh pendukung Liverpool harap harap cemas menantikan comebacknya, apalagi Liverpool "hanya" mampu mencetak 5 gol di laga awal dimana 4 diantaranya di cetak oleh Daniel Sturridge. Liverpool jelas sangat membutuhkan Suarez terlepas dari isu transfernya ke Arsenal yang bahkan om John W.Henry sampai ikut ngetweet tentang rumor transfernya pada saat itu.

Debut Suarez di EPL musim ini adalah pada saat Liverpool bertandang ke Stadium of Light dan dia sukses mencetak dua gol yang khusus dipersembahkannya untuk putranya Benjamin yang baru lahir beberapa hari sebelumnya. Setelah itu Suarez terus berkontribusi untuk gol Liverpool entah itu lewat assist atau lewat gol langsung, puncaknya tentu saja ketika dia meluluhlantakkan John Ruddy lewat 4 gol dan 1 assist yang lantas membuatnya memecahkan sejumlah rekor.

Pada akhirnya Suarez memang gagal membawa Liverpool untuk menjuarai Liga meskipun dirinya menjadi top skor dengan 31 gol dan juga menjadikannya sebagai pemain tersubur di Eropa bersama Cristiano Ronaldo, namun kerja keras dia dan rekan setimnya telah berhasil mengejutkan publik dan jika masih berseragam Liverpool musim depan maka Suarez akan merasakan atmosfer European Night di Anfield yang sangat terkenal itu.

Rodgers berhasil mengubah Suarez menjadi lebih ganas di depan gawang namun tidak pernah "nakal" lagi di lapangan sehingga dia berhasil melewati 33 laga di EPL musim ini tanpa ada skorsing sedikitpun. Suarez tak hanya menjadi pencetak gol, tapi juga memberikan sejumlah assist kepada rekan rekannya (catatan 12 assist untuk seorang penyerang tentu saja catatan yang luar biasa). Suarez kini sudah percaya kepada Sterling, tidak seperti musim lalu di mana dia akan terus menggocek bola di lapangan meski ada rekannya yang sudah berada di posisi bebas meskipun sebenarnya harus dimaklumi karena kedua rekannya adalah Stewart Downing yang kita sendiri tahu kualitas finishingnya seperti apa sementara Sterling belum seperti sekarang.

Tangisan Suarez di laga melawan Crystal Palace menunjukkan bahwa dia sangat merasa kecewa karena gagal membawa Liverpool menjuarai Liga, kecintaannya terhadap Liverpool sudah tidak perlu diragukan lagi meskipun kadang kadang statementnya ketika pulang ke Uruguay sering membuat gempar twitter. Terlepas dari wawancara yang sering menuai kontroversi saya percaya Luis sangat mencintai Liverpool, pertanyaan pertanyaan menjebak dari wartawan lah yang sering membuat suasana menjadi keruh. Hal tersebut tentu saja harus kita maklumi, media perlu drama untuk menaikkan berita mereka jadi semuanya tergantung kita yang menilai pemain itu sendiri bukan hanya bergantung dari akun akun berita yang terpercaya ataupun tak terpercaya sama sekali.

Jikapun nanti Suarez pindah saya tidak akan kecewa, bagi saya perjuangannya untuk membawa Liverpool kembali ke Liga Champions sudah menjadi bukti bahwa dia tidak pernah berpura pura mencintai klub ini. Ayah Delfina telah masuk ke dalam deretan striker terbaik yang pernah membela The Reds bahkan sampai Fowler mengatakan bahwa Suarez membuat striker Liverpool sebelumnya terlihat average karena skill yang dimiliki dan gol gol yang di cetak olehnya.

Suarez mendapatkan penghargaan PFA Player of The Year di penghujung musim karena FA akhirnya tidak punya alasan untuk tidak mengakui kehebatannya, 31 gol dan 12 assist sudah menjadi bukti sahih betapa "sakti"nya peforma Suarez musim ini di kancah Liga Inggris. Dengan raihan seperti itu wajar jika kemudian Suarez menjadi incaran sejumlah klub kaya raya. Kini tinggal bagaimana cara Liverpool agar Suarez bisa bertahan karena Liverpool juga punya nila tawar yang sama yaitu Main di Liga Champions.

Friday, May 23, 2014

Season Review : Raheem Sterling

Bocah keturunan Jamaica asal akademi Queen Park Rangers berhasil memikat Roy Hodgson sehingga membuat namanya berada di daftar pemain yang bakal berangkat ke Brazil untuk memperkuat timnas Inggris yang mempunyai misi untuk meraih gelar Piala Dunia untuk yang kedua kalinya. Nama bocah tersebut adalah Raheem Sterling, meskipun dengan statusnya yang sudah memiliki anak di mana mana sehingga sebenarnya sudah tidak bisa dipanggil bocah lagi namun teman saya tetap keukeuh memanggilnya dek Sterling (sebut saja nama teman saya bunga).

Sterling di musim 2012/2013 belum menunjukkan bahwa dirinya bakal menjadi penghuni timnas Inggris karena masih terbatas sekedar lari lurus ke depan untuk menghasilkan sepak pojok, bukan assist atau gol. Mungkin sebagian penonton pasti geram ketika melihat Sterling membawa bola di sisi lapangan yang berujung corner atau lemparan kedalam, terlebih serangan set piece Liverpool pada saat itu bisa terbilang menyedihkan, belum segarang musim ini.

Sterling melebihi harapan Rodgers yang sekedar memainkannya agar Ibunya tidak merengek dan memintanya pindah klub, ternyata malah menjadi salah satu tumpuan di skema counter attacknya Liverpool ketika melawan tim tim yang bermain high-line defence seperti Arsenal dan Southampton. Apiknya peforma Sterling membuat Rodgers berdosa besar karena terpaksa harus membangkucadangkan seorang Nabi yang bisa membelah laut namun kesulitan membelah pertahanan tim lawan (baca : Moses). Bukan hanya Moses, bahkan the Sweet number Nine Iago Aspas pun terpaksa hanya turun di FA Cup karena gagal bersaing mengisi pos depan Liverpool.

Kini tidak ada lagi jokes yang mengatakan bahwa Sterling memiliki jumlah anak yang lebih banyak dibanding dengan golnya, semuanya bungkam dan harus mengakui kalau dia adalah pemain masa depan Inggris. Tidak ada media yang berani mempermasalahkan penalti Liverpool yang didapatkan oleh Sterling, semuanya baik baik saja kecuali penalti itu dihasilkan oleh Luis Suarez.

Sterling kini tak lagi sekedar lari lurus untuk mendapatkan corner, dia sudah bisa menusuk ke dalam kotak penalti entah itu dari sayap kanan atau sayap kiri. Rodgers bahkan pernah memainkan Sterling di belakang Suarez dan Sturridge yang menunjukkan bahwa Sterling sudah dipercaya untuk menahan bola lama lama di lapangan tengah seperti layaknya Coutinho.

Dengan talenta besar yang dimilikinya mulai sekarang Sterling harus bisa meredam ego dan siap bekerja secara tim dengan rekan rekan lainnya agar bisa terus berkembang di bawah asuhan Brendan Rodgers. Sterling memiliki stamina yang sangat prima dan diharapkan dia bisa menjaga dirinya agar jauh dari cedera sehingga tidak bernasib sama seperti senior terdahulunya Michael Owen.
Future is Bright !!!

Thursday, May 22, 2014

Season Review : Jordan Henderson

Musim 2013/2014 menjadi pembuktian dari seorang Jordan Henderson bahwa dia adalah salah satu kunci utama taktik Brendan Rodgers, total Henderson bermain sebanyak 35 kali dan itupun minus tiga laga karena akumulasi kartu merah yang diterimanya ketika menghadapi Manchester City. Tercatat Henderson telah bermain di 6 posisi yang berbeda menurut whoscored.com, meskipun lebih seringnya bermain di gelandang tengah tepat di depan Gerrard yang berposisi sebagai deep playmaker.

Henderson mungkin tidak memiliki skill playmaking seperti Wilshere ataupun tendangan sekeras Ross Barkley, tapi dia unggul dalam hal covering area. Pemain akademi Sunderland ini berhasil membuat Gerrard lebih tenang ketika sedang mengatur serangan. Bukan hanya itu, Henderson kadang kadang pun menutupi lubang yang ditinggalkan oleh Glen Johnson. Semangat dan staminanya patut diacungi jempol, dia adalah peninggalan berharga yang dimiliki oleh Inggris di era sepakbola modern ini.

Hendo didatangkan oleh King Kenny bersamaan dengan Charlie Adam dan Stewart Downing di awal musim 2011/2012 dan kini hanya dia yang tersisa di Anfield. Sempat diisukan bakal ditukar dengan Clint Dempsey di awal kepelatihan Rodgers, Henderson malah menunjukkan peforma yang menanjak menjelang akhir musim sehingga isu penjualannya hilang ditelan bumi.

Hendo absen di tiga laga krusial menjelang berakhirnya kompetisi Liga Inggris dan harus diakui lini tengah Liverpool begitu merasakan kehilangan dirinya sama seperti ketika kehilangan Lucas akibat cedera. Di tiga laga tanpa Henderson tersebut Liverpool masing masing menang, seri, dan kalah sekali. Tak hanya itu, Liverpool bahkan kebobolan tujuh gol di tiga laga tersebut termasuk 2 gol ketika melawan Norwich yang selama beberapa tahun belakangan ini selalu menjadi lumbung gol anak asuh Rodgers.

Tanpa Henderson tugas Gerrard menjadi lebih berat karena dia juga harus menutupi lubang yang ditinggalkan oleh Lucas akibat terlalu sering out of position. Jika ada Henderson maka Gerrard bisa lebih berkonsentrasi mengatur serangan dari bawah karena merasa ada yang melindunginya. Hendo menjadi salah satu kunci dari taktik baru Rodgers di musim 2013/2014 di mana dia memainkan Gerrard lebih ke dalam sejajar dua bek tengah (bahkan kadang kadang lebih dalam dari ke bek tengah). Tanpa Hendo Liverpool sulit untuk melakukan pressing di lini tengah dan sangat rentan ketika di counter, laga melawan Crystal Palace menjadi bukti.

Melihat progress Henderson tidak salah jika kemudian Roy Hodgson memanggilnya untuk membela Inggris di Piala Dunia, dia layak mendapatkan kesempatan tersebut. Mimpinya untuk masuk ke timnas telah terwujud bersama Liverpool, sekarang tinggal bagaimana caranya supaya dia bisa meraih gelar bersama Liverpool dan bersaing di kancah Eropa musim depan.

Season Review : Martin Skrtel

Kedatangan Kolo Toure secara gratis dari Manchester City di awal musim sempat membuat isu bakal hengkangnya Skrtel dari Anfield semakin mencuat terlebih setelah Rafael Benitez mengatakan ketertarikannya untuk reuni di Napoli. Meskipun sempat dipinggirkan Rodgers di akhir musim 2012/2013 pada akhirnya mantan pemain Zenit ini tetap bertahan di Liverpool dan isunya hilang bersama butiran debu di Gurun Sahara. Dengan peforma yang bisa dibilang buruk di musim lalu, pemilik nomor punggung 37 ini diprediksikan hanya akan menjadi pemanis bangku cadangan terlebih setelah Rodgers resmi mendatangkan Mamadou Sakho dan Tiago Illori.

Dua laga awal Rodgers memainkan duet Daniel Agger dan Kolo Toure sebagai bek tengah, prediksi kalau SKrtel hanya akan menjadi butiran debu pun tampaknya bakal menjadi kenyataan apalagi duet ini berhasil menjaga clean sheet di dua laga awal tersebut. Sampai pada akhirnya Liverpool akan menjamu sang juara bertahan Manchester United di Anfield 1 September tahun lalu dan apesnya Kolo Toure mengalami cedera sehingga mau tidak mau Brendan harus memainkan Martin Skrtel karena Sakho dan Illori baru saja datang jadi tidak mungkin memainkan pemain baru di laga krusial seperti saat itu. Pemain timnas Slovakia ini ternyata berhasil membayar tuntas kepercayaan yang diberikan oleh sang pelatih kepadanya, Skrtel berhasil membuat Van Persie terlihat tak ubahnya seperti striker medioker sekaligus berhasil mengamankan gawang Mignolet.

Setelah laga melawan Manchester United tersebut Skrtel tak tergusur dari line up Brendan dan selalu tampil sampai akhir musim di pentas EPL, dia membayar dengan baik kepercayaan yang diberikan kepadanya. The Slovak Hero telah mencetak 11 gol musim ini yang mana 7 diantaranya kegawang lawan sedangkan sisanya malah bersarang di gawang Mignolet. Skrtel menjadi senjata utama di set pieces Liverpool dan Arsenal adalah korban yang merasakan dua kali dibobol oleh Skrtel lewat skema set pieces.

Meskipun tercatat empat kali melakukan own goal, Skrtel ternyata mendapatkan gelar Defender of the Season dari situs whoscored.com
Catatan clearancesnya yang luar biasa memukau membuatnya layak mendapatkan gelar pemain bertahan terbaik di EPL meskipun kebobolan Liverpool agak memprihatinkan, Skrtel adalah salah satu pejuang yang berhasil membawa Liverpool kembali ke UCL musim depan dan sempat memimpin klasemen sementara sebelum akhirnya disalip Manchester City.

Skrtel berusaha keras untuk menembus skuad LFC, dia memiliki kekurangan dan mungkin tak sebagus Cahill dalam hal bertahan dan melindungi gawangnya tapi dia memiliki kelebihan lain yaitu mencetak gol. Menjadi alternatif serangan dari Liverpool di saat strikernya buntu adalah jatahnya, sesuatu yang tak dimiliki oleh Kolo Toure dan Sakho dan wajar jika dia menjadi pilihan utama Liverpool di lini belakang musim ini. Setelah melihat peformanya, sudah layak dan sepantasnya jika Skrtel bertahan untuk musim depan demi memperdalam skuad untuk berlaga di empat ajang sekaligus

Monday, May 19, 2014

Progress Luar Bisa Brendan's Army

Liverpool telah mengakhiri musim 2014/2015 dengan pencapaian yang luar biasa, berhasil menjadi runner-up dengan mengumpulkan 84 poin tentu bukanlah hasil yang biasa saja bagi tim yang hanya menargetkan empat besar di awal  musim. Liverpool berhasil menjadi juara di hati para pendukungnya di seluruh dunia, entah bagaimana rupa dari medali dari pihak pengurus hati pendukungnya saya tidak tahu. Dua striker Liverpool berada di urutan teratas pencetak gol di kancah Liga Inggris dan bahkan dua pemainnya juga memuncaki daftar top assist, jadi tidak ada alasan untuk mengatakan Liverpool gagal di musim ini. Kegagalan Liverpool hanya satu, mereka gagal menjuarai Liga Inggris :)

Berhentilah membicarakan tentang betapa buruknya pertahanan Liverpool di musim ini, mari kita bahas mengenai hal hal positif yang terjadi di sepanjang musim ini di mulai dari pencapaian peringkat. Brendan Rodgers telah membawa Liverpool ke arah yang benar, anak kecil pun pasti tahu bahwa perubahan peringkat dari tempat ketujuh menjadi tempat kedua adalah perkembangan yang sangat signifikan meskipun Shankly mengatakan "if you are second you are nothing". Liverpool bahkan bisa finish di atas Chelsea yang katanya dilatih oleh salah satu manager terbaik dunia yang juga merangkap part time supir bus, sungguh luar biasa jika membandingkan total belanja antara Rodgers dan Mourinho dengan keberhasilan mereka menyelesaikan liga. Jika peringkat kedua saja "Nothing" lantas kita menyebut apa mereka yang berada di peringkat ketiga? (jangan bahas bahas peringkat ketujuh, karena peringkatnya terlalu jauh untuk dibicarakan)

Luis Suarez berhasil menjadi monster yang sangat menakutkan bagi penjaga gawang lawan, bukan sekedar menakutkan bagi Ivanovic. Musim ini dia mencetak 31 gol dari total 33 penampilannya dibandingkan dengan 23 gol dari 33 pertandingan di musim sebelumnya. Suarez tidak pernah absen sekalipun selain dari hukuman yang diterimanya di penghujung musim lalu dari akibat menggigit Ivanovic karena pantatnya terlalu bohay untuk ukuran pemain sepakbola. Suarez tidak hanya menjadi pencetak gol tapi dia juga bersedia membagi bagi gol kepada rekan lainnya, terbukti dengan 12 assist yang diperolehnya musim ini setelah musim lalu sibuk mencari gol sehingga hanya mencatatkan 5 assist. Tidak ada alasan lagi bagi FA untuk menyatakan Dany Wellbeck ataupun Wickham lebih baik dari Suarez di musim ini sehingga akhirnya El Pistolero berhasil mendapat PFA Player of The Year.

Daniel Sturridge berhasil mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Suarez di lima laga awal dan menunjukkan bahwa dirinya adalah striker terbaik Inggris saat ini. Sturridge telah mencetak 21 gol dan 7 assist dari 29 penampilannya musim ini cukup menunjukkan bahwa 12 juta pound bukanlah sebuah perjudian seperti yang dikatakan oleh kakek tua asal Scotland. Meskipun terkadang maruk dan agak menyebalkan, Sturridge telah membuktikan bahwa Chelsea salah besar telah menjualnya.

Apa kabar kapten kita, Slip-G ? Terpeleset di laga krusial dan membuatnya seolah menjadi salah satu aktor utama penyebab Liverpool gagal menjuarai Liga musim ini, orang bahkan lupa Gerrard adalah top assist di EPL musim ini dengan 13 assist. Gerrard menjadi master Set pieces di tanah Inggris saat ini, 13 assistnya ternodai oleh terpeleset yang hanya sekali. Saya tidak akan lupa dengan umpan terobosannya ketika Liverpool menang 2-3 di kandang Fulham, visi yang sempurna untuk seorang pemain berumur 33 tahun yang baru kali ini bermain sebagai deep playmaker. Mungkin lebih tepat jika panggilan Gerrrard untuk saat ini adalah SetPieces-G.

Jordan Henderson dan Raheem Sterling menjadi pemain yang paling berkembang di musim ini, keduanya bahkan berangkat ke Brazil dibawah sang pelatih legendaris Roy Hodgson. Henderson menjadi pemain ketiga setelah Mignolet dan Skrtel yang terus menjadi andalan Rodgers di musim ini dengan 35 caps di EPL. Sedangkan Sterling bersinar sehingga bahkan Januzaj memutuskan untuk membela Belgia karena takut hanya akan menjadi pembantu jika dia memilih Inggris. Raheem mencetak 9 gol dan 5 assist di musim ini, dia adalah top scorer ke empat Liverpool. Dan jika ada yang mengatakan Wilfred Zaha lebih baik dari Sterling maka anda boleh memuntahkan minuman di depan mukanya.

Di lini belakang Martin Skrtel berhasil menjadi bek tersubur dengan torehan 7 gol ke gawang lawan dan 4 gol ke gawang sendiri, Skrtel menjadi andalan Rodgers di musim ini setelah sempat menjadi pemanas bangku cadangan di akhir musim akibat bermain buruk di FA Cup. Terlepas dari buruknya pertahanan Liverpool, Skrtel telah menjadi monster set pieces yang menakutkan pertahanan lawan.

Liverpool telah berkembang dengan pesat, tidak ada alasan untuk kecewa dengan peforma mereka di musim ini. Come on you redsmen !!!!!

Friday, May 2, 2014

Rapuhnya Pertahanan Brendan's Army

Mungkin sampai detik ini masih banyak yang tidak percaya kalau Liverpool bisa berada di puncak klasemen EPL dengan 80 poin dari 36 pertandingan, apalagi jika melihat skuad yang tidak jauh berbeda dengan musim sebelumnya. Dari penghuni starting hanya Mignolet dan Mamadou Sakho yang merupakan pemain baru, sisanya adalah "bekas" skuad yang finish di peringkat 7 musim lalu. Nama nama seperti Skrtel, Glenjo, Gerrard, Allen, Lucas, Coutinho, Sterling, Suarez, dan Sturridge sudah ada sejak musim kemaren. Namun hasil yang diraih tentu saja sangat berbeda dengan musim lalu, jika musim lalu Liverpool hanya mampu mengumpulkan 61 poin dan mencetak 71 gol maka di musim ini anak asuh Brendan Rodgers ini sudah mengumpulkan 80 poin dan mencetak 96 gol, perkembangan yang begitu signifikan di sektor serangan. Duet SaS bahkan menyumbang 50 gol dengan rincian Suarez 30 sementara Sturridge 20, menjadikan duet ini menjadi duet paling maut di tanah Britania.

Perkembangan yang signifikan di lini serang ternyata tak diimbangi oleh lini pertahanan, Liverpool telah kebobolan 46 gol, terburuk di antara para penghuni Big Four dan bahkan lebih buruk dari Manchester United yang ada di peringkat ke 7. Brendan memang berhasil meningkatkan daya gedor lini depan LFC tapi dia masih belum berhasil membenahi pertahanannya. Memang jika melihat perolehan poin musim ini tidak ada alasan untuk mempedulikan pertahanan Liverpool, namun karena keadaan perburuan gelar juara EPL kini, sekarang Brendan boleh menyesal kenapa anak buahnya bisa dengan gampangnya membiarkan 3 gol bersarang ke gawang Mignolet ketika menang atas Stoke, Swansea, dan Cardiff City.

Saya tidak berani membahas persaingan selisih gol dengan Manchester City, saya hanya mencoba membandingkan pertahanan Liverpool musim ini dan musim kemaren. Musim lalu shots conceded Liverpool adalah 11.4 pergame, sementara di musim ini 12.9 pergame. Bahkan Liverpool berada di urutan ke 9 tim yang gawangnya paling jarang di serang, seolah olah mereka membiarkan musuh untuk membombardir Mignolet semaunya, hasilnya ya kita kalah selisih 6 gol dengan Manchester City dan berada dalam tekanan.

Sunday, April 20, 2014

Hey Liga Champions, Kami Datang Kembali

European Night


Awal musim lalu saya sempat melihat patch BoH beserta respectnya di salah satu akun yang menjual merchandise klub sepakbola dan saya melihat harganya lumayan mahal, tapi toh saya berpikir kayaknya belum perlu yang kayak begituan jadi saya acuhkan sajalah tweet tweet yang berhubungan dengan BOH dan Starball. Lagian saya juga bukan tipikal pengumpul jersey jersey seperti khalayak ramai di forum Redsarmy, jadi saya tidak terlalu tertarik menghias jersey dengan tempelan yang harganya hampir setara dengan harga jerseynya sendiri. Biarlah jersey Home musim ini menjadi polos adanya sebagai kenangan terhadap skor 1-0, 4-0, 5-1, 4-0, dan semoga saja berlanjut dengan pembantaian terhadap Chelsea minggu depan.

Tapi mendadak saja Patch Respect beserta BOH menjadi hal yang penting mulai musim depan, kenapa? Karena ternyata Liverpool sudah berhasil mengamankan spot langsung di babak penyisihan Grup untuk musim depan. Hingga pekan ke 35 The Reds sudah berhasil mengumpulkan 80 poin, dengan 3 laga tersisa secara matematis sudah tak mungkin bagi Arsenal yang berada di peringkat ke empat untuk bisa mengejar karena jumlah poin "Yaya Sanogo dan rekan rekannya " adalah 70. Permintaan akan BOH dan Respect dijamin akan meningkat karena sudah 4 tahun hanya bisa menghiasi jersey dengan patch BPL dan Europe League, saatnya membalaskan dendam kepada tim peringkat 7 yang sekarang mulai hobi mengungkit-ungkit sejarahnya.

Setelah memastikan diri lolos di babak penyisihan Grup tentu saja saya berharap om John W. Henry tidak segan segan mengeluarkan dana segar kepada Brendan agar bisa memperkuat dan memperdalam skuadnya agar bisa berkompetisi di ajang paling elit di benua biru tersebut. Dengan jadwal di Inggris yang begitu padat serta persaingan yang begitu ketat tentu saja Liverpool membutuhkan skuad yang lebih dalam agar tidak melempem dan malah gagal di semua kompetisi. Semua sektor harus di"upgrade" terutama fullback agar tidak terkejut ketika berhadapan dengan winger winger terbaik di tanah eropa, Liverpool tidak sedang berhadapan dengan Matt Jarvis, Stewart Downing, ataupun Ashley Young yang mungkin hanya membawa bola dipinggiran dan kemudian melepaskan crossing ke dalam kotak penalti, di UCL ada Reus, Robben, Ribery, Ronaldo, Bale, dan sejumlah winger top lainnya yang hobby menusuk ke dalam kotak penalti untuk mencetak gol dan bukan sekedar melepaskan umpan.

Apapun itu, yang jelas dengan berkompetisi di UCL maka pendapatan klub meningkat kemudian pemain dengan kualitas menengah ke atas pun pasti akan banyak yang tertarik bermain di Anfield musim depan. Tidak ada lagi joke joke basi di akun sejenis footy jokes yang membahas kiprah Liverpool di UCL musim musim sebelumnya. Bring that Big Ear to Anfield in May !!!

Sunday, April 6, 2014

8

Kapan terakhir Liverpool kehilangan poin penuh? Pertanyaan yang bagus dan saya dengan jumawa menjawab "maaf itu sudah terlalu lama, awal Februari lalu dan saya sudah tak begitu mengingat dan mungkin sudah lupa dengan rasanya seri" Baiklah, itu hanya joke basi untuk membalas slogan "not arrogant just better"nya tim sebelah yang sekarang sedang bersaing ketat dengan Tottenham untuk memperebutkan tempat ke enam. Tapi memang Liverpool terakhir kali kehilangan poin penuh pada awal Februari ketika bertandang ke WBA, ketika sedang leading 0-1 Kolo Toure dengan santainya memberikan bola kepada Anichebe yang kemudian langsung di konversinya menjadi gol. Tapi semenjak seri di The Hawthorns, The Reds tak terbendung dan meraih 8 kemenangan beruntun sampai saat ini (dan semoga saja malam ini menjadi yang ke sembilan).

Dari 8 kemenangan tersebut, Brendan Rodgers memakai formasi 4-3-3 dan formasi 4-1-2-1-2 masing masing sebanyak 4 kali. Di mulai dari formasi 4-3-3, formasi ini membunuh tim yang garis pertahanannya tinggi, silakan tanyakan kepada Arsenal, Tottenham, dan Southampton yang sudah merasakan kejamnya serangan balik Liverpool dengan formasi ini (formasi 4-3-3 baru digunakan di babak kedua setelah Raheem Sterling masuk menggantikan Coutinho). Dari 4 pertandingan yang menggunakan formasi 4-3-3, pemuncak klasemen EPL di hari Natal ini telah mencetak 16 gol dan kebobolan 6 gol. 7 gol dihasilkan oleh trio S dengan 4-3-3 dan 6 gol lahir dari para gelandang Liverpool yang berarti formasi ini tidak terlalu bergantung kepada ketajaman SAS di lini depan.

Formasi lain yang dipakai Rodgers adalah 4-1-2-1-2 dengan menempatkan Gerrard sebagai deep-playmaker di belakang dua CMF (Henderson dan Joe Allen), sementara Coutinho di tempatkan di belakang Suarez dan Sturridge. Formasi ini bergantung dari bagaimana kejeniusan Coutinho mengontrol permainan, jika Coutinho berhasil di matikan maka yang terjadi adalah seperti pada babak pertama ketika away ke St. Mary Stadium, permainan baru berubah total ketika Sterling masuk menggantikan Coutinho di babak ke dua. Statistik SAS di formasi ini adalah 7 gol dan 4 assist, artinya formasi ini berhasil mengakomodir duet maut EPL ini dengan baik.

Liverpool memperagakan permainan menyerang yang apik, dari 8 laga tersebut 30 gol telah dihasilkan entah itu dari titik putih ataupun own goal musuh. Meskipun demikian kebobolan liverpool pun agak sedikit mengkhawatirkan jika dilihat catatannya, untuk saat ini memang masih terlihat aman karena lini serang sedang tajam tajamnya. Dan malam ini Liverpool akan bertandang ke London Barat untuk bersua dengan Andy Carroll, Downing, dan Joe Cole kembali dan semoga saja bisa menjadi kemenangan yang ke sembilan secara beruntun.

Friday, March 28, 2014

Make Us Dream



Sesuatu yang terlihat atau dialami seseorang ketika dia sedang tertidur, demikian pengertian mimpi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online (maaf saya tidak memiliki KBBI edisi cetak). Sedangkan menurut wikipedia mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). Namun mimpi tak selamanya berarti hanya bunga tidur, mimpi bisa berarti harapan atau ekspektasi atau sebuah keinginan yang belum terwujud dan diharapkan akan terwujud. Dan pendukung Liverpool sekarang sudah mengeluarkan banner bertuliskan "Make Us Dream" yang menurut saya artinya adalah buat kami bermimpi. Pendukung Liverpool memiliki mimpi yang sudah sangat lama sekali tidak terwujud, yaitu mimpi melihat timnya menjadi juara Liga Inggris (24 tahun tentulah bukan waktu yang sebentar) dan sekarang "kami" sudah boleh berharap mimpi itu akan terwujud musim ini meskipun sulit.

Sebenarnya tidak ada yang menyangka kalau ternyata Liverpool bisa membuat pendukungnya untuk bermimpi, terlebih jika melihat pembelian Rodgers di Bursa Transfer musim panas lalu yang bisa dibilang "hemat". Di saat tim lain mendatangkan Marquee Signing bernilai puluhan juta pounds entah itu gelandang atau penyerang, Tim pengoleksi 5 trofi "Big Ear" cukup mendatangkan Mamado Sakho dari PSG dan dia adalah seorang Centre Back. Mkhitaryan lebih memilih ke Dortmund meskipun sejumlah orang di Armenia melakukan "demo" kepada "pemilik" pemain Shaktar Donetsk tersebut agar mau menjualnya ke Liverpool dan yang paling santer tentu saja Willian yang dikabarkan sudah siap merapat ke Melwood karena akun twitternya sudah difollow oleh Lucas dan Coutinho ternyata hanya sampai di London dan akhirnya bergabung dengan Chelsea (salahkan kenapa tidak ada penerbangan langsung dari Russia ke John Lennon Airport, sehingga Willian harus transit di London dan pada akhirnya malah test medis di sana).

Mimpi itu berawal dari 3 kemenangan beruntun pada awal musim dan Liverpool berada di puncak klasemen selama beberapa pekan, sesuatu yang jarang terlihat tentunya. Daniel Sturridge menjadi pahlawan lewat tiga golnya yang membuat Liverpool mendulang 9 poin di tiga match awal. Harapan itu belum terlalu besar,
selain karena hanya menang dengan skor masing masing 1-0 Liverpool pun belum bertemu dengan tim tangguh (untuk pekan ke 3 saya anggap mereka hanya medioker meskipun juara bertahan). Tak lama kemudian Liverpool kembali gagal konsisten dan tertahan di peringkat ke empat setelah kalah dari Hull City di KC Stadium pada tanggal 1 Desember 2013.

Bulan Desember adalah Roller Coaster yang sungguh menyiksa bagi pendukung Liverpool, kami mendapatkan kado natal yang indah di puncak namun harus merayakan tahun baru di tempat ke lima. Sempat memuncaki klasemen setelah menang 3-1 atas Cardiff City, Liverpool kemudian takluk dari
Manchester City dan Chelsea secara beruntun sehingga harus berada di bawah Everton. Sungguh bulan yang aneh dan mimpi itu pun sempat menjadi samar samar sehingga perbincangan mengenai trofi adalah hal yang tabu pada saat itu.

Liverpool mengawali 2014 dengan menaklukkan Hull City 2-0 di Anfield sekaligus membalaskan dendam pada pertemuan sebelumnya, Are You Watching Hull City? Setelah itu Liverpool terus melaju bak Jorge Lorenzo dan sampai dengan pekan ke 31 telah berhasil mengumpulkan 68 poin yang artinya hanya tertinggal satu poin dari Chelsea. Tahun 2014 ini Liverpool belum pernah kalah di EPL, sekali lagi belum pernah kalah, duet SAS menjadi terror yang sangat menakutkan bagi pertahanan tim di EPL. Mungkin para defender lawan sudah gemetaran menjelang laga melawan Liverpool membayangkan akan dinutmeg oleh Suarez, belum lagi harus meredam Sturridge dan tentu saja yang tak kalah menakutkan adalah menandingi sprint Raheem Sterling. Hampir semua pertandingan di EPL tahun 2014 terlihat seperti sangat mudah bagi Liverpool, bahkan anak asuh Brendan Rodgers ini sukses mengalahkan MU 0-3 di Old Trafford, kemenangan yang diikuti dengan berkibarnya banner "Make Us Dream".

Make Us Dream bukan Teenage Dream (kalau Teenage dream ini bisa anda buka di youtube dan dijamin anda pasti puas dengan video klipnya), biarkan kami bermimpi sekarang. Bolehkah orang bermimpi? Tak ada yang melarang orang untuk bermimpi, mimpi basah pun tak dilarang. Silakan bermimpi setinggi mungkin, karena seperti lagu Bondan Prakoso & Fade to Black hidup berawal dari mimpi. Bermimpilah untuk jadi juara selagi Liverpool mempunyai kans seperti ini, kesempatan untuk bermimpi seperti saat sekarang sudah lama sekali tak muncul dan anda harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Jika memang Liverpool harus juara EPL musim ini ya saya bisa apa selain bikin PO tees Champ19ns.

Sunday, January 12, 2014

Britannia

Beberapa jam lagi Liverpool akan melakoni laga ke 21 nya di pentas EPL, dan laga kali ini harus diakui sangat sangat berat, "seberat cintaku padamu" demikian gombal para muda mudi yang sedang lucu lucunya, atau mungkin sekedar candaan dari seorang pengagum kepada pujaan hatinya. Terlepas dari gombalan atau rayuan atau apapun itu yang jelas laga ini memang sangat berat. Rekor pertemuan yang tak pernah mendukung Liverpool selama bermain di Britannia Stadium seolah olah menjadi beban puluhan ton yang harus dipikul anak anak asuh Brendan Rodgers dan hal tersebut ditambah lagi dengan peringkat Liverpool yang sekarang sedang berada di tempat ke 6 karena pesaing terdekat semuanya menang.

Stoke dibawah asuhan Hughes memang sudah tak sekasar waktu masih dilatih Toni Pulis, tapi toh tetap aja mereka adalah tim yang paling brutal di EPL musim ini, silakan cek whoscored untuk melihat statistiknya.
Silakan berharap tidak ada lagi injakan dari Huth ataupun tekel brutal dari Shawscross dan adu mulut antara Nzonzi dengan Coutinho, tapi itu semua adalah bagian dari drama di EPL.

Berada di peringkat 6 setelah sebelumnya sempat merayakan Natal di puncak tentu merupakan pukulan untuk Liverpool, apalagi kini LFC sudah di sebut sebut sebagai "Tittle Contender" menurut sejumlah statement dari sejumlah orang, tetangga depan rumah saya misalnya bilang "Liverpool bisa menjadi juara Liga kalau mereka mau memperdalam skuadnya lagi" baiklah skuad LFC memang tipis, tapi bukankan jika kelak gagal juara kita jadi punya alasan "wajar ga juara, kan skuadnya tipis kayak pembalut nabilah JKT 48" dan banter pun selesai.
Gerrard sudah mengatakan bahwa target utama Liverpool adalah 4 besar dan itu terdengar sangat realistis menilik peforma tim belakangan, tinggal bagaimana nasib menghadapi lawan lawan berikutnya.

Jika ditanya apakah Liverpool akan membawa poin dari Britannia malam ini, maka saya memilih akan mengosongkan jawaban untuk pertanyaan tersebut dan mengerjakan pertanyaan yang berikutnya. Pesimis? Tidak juga, namun dengan menjaga ekspektasi itu akan membuat saya lebih sehat secara batin menjelang Ujian Akhir Semester minggu ini.
Sekedar informasi Stoke baru sekali kalah di Britannia musim ini dan pelakunya adalah Norwich, silakan berhitung hitung mengenai peluang malam ini.