Monday, November 11, 2013

Dewi Fortuna Kembali Menyambangi Liverpool

Tykhe adalah Dewi dari keberuntungan atau istilah kerennya "lucky", di sejumlah bacaan yang beredar Tykhe ini kemudian diistilahkan Dewi Fortuna di Indonesia. Dewi Fortuna ini dihormati sebagai dewi keberuntungan, kesuksesan, dan kemakmuran. Entah bagaimana kemudian Dewi Fortuna ini sering dihubungkan dengan sepakbola karena "lucky" juga salah satu faktor yang membuat sepakbola terlihat sebagai olahraga yang paling menarik di muka bumi ini. Final Istanbul 2005 pun dianggap sebagai salah satu bentuk campur tangan dari Dewi Fortuna, bagaimana Liverpool yang sudah tertinggal 3 gol pada babak pertama kemudian sukses meyamakan kedudukan pada babak kedua dalam tempo 6 menit dan Gerrard mengangkat Piala setelah menang adu penalti. Semangat pantang menyerah yang dibantu oleh Dewi Fortuna itu sudah berhasil menciptakan kesuksesan, walaupun hal itu sudah 8 tahun yang lalu (saya masih SMP).

Dewi Fortuna atau apapun istilahnya tampaknya sedang menyambangi salah satu klub sepakbola di kota pelabuhan Inggris Raya, klub yang sudah bertahun tahun mengalami masa medioker sejak ditinggal salah satu pelatih kesayangan mereka, Rafael Benitez. Dewi fortuna ini diidentikkan dengan keberuntungan atau istilah orang di pontianak "heng" sudah begitu lama menjauhi klub yang didirikan oleh John Houlding tersebut, meskipun sempat meraih trofi Carling Cup di tahun 2012 tapi ternyata hal tersebut bukanlah apa apa karena toh pada akhir musim Sang Raja dilengserkan dari kursi kepelatihannya dan digantikan oleh Brendan Rodgers.

Musim 2011-2012 adalah saat di mana Dewi Fortuna seperti terlihat seolah memblacklist Liverpool dari salah satu klub yang boleh menerima keberuntungan, sehingga tendangan pemain Liverpool seperti tidak diijinkan untuk masuk ke gawang lawan. Mungkin Dewi Fortuna meniupkan sedikit angin sehingga puluhan shot yang seharusnya menjadi gol malah membentur tiang dan pada akhirnya Liverpool terdampar di peringkat 8, sama seperti nomor punggung Gerrard (oke ini tidak penting). Di musim tersebut bukan hanya di Liga saja Liverpool yang kesulitan memperoleh keberuntungan, pada final piala FA 2012 di Wembley melawan Chelsea gol Andy Carroll pun dianulir karena dianggap belum melewati garis dan sayang sekali karena pada tahun itu belum ada teknologi garis gawang, namun itulah yang membuat sepakbola terlihat lebih manusiawi bukan seperti pada game game konsol.

Di era Brendan Rodgers, Dewi Fortuna pun tampaknya masih ogah ogahan untuk mampir ke Anfield sampai paruh musim pertama. Namun ketika memasuki paruh musim kedua Dewi Fortuna mulai nongkrong di bar di pusat kota Merseyside sampai kemudian dia mengijinkan tembakan Downing melewati kolong dari Jan Vertonghen dan kemudain Liverpool menang atas Tottenham 3-2 lewat gol terakhir dari penalti sang kapten.

Dewi Fortuna mengambil sedikit DNA Iniesta dan memasukkan skill through ballnya ke dalam kaki Coutinho sehingga terjadilah terobosan membelah lautan yang berkali kali terlihat di beberapa laga menjelang akhir musim dan Sturridge bersama Suarez pun sudah merasakan betapa manisnya through ball pemilik nomor 10 ini. Meskipun hanya finish di tempat ke tujuh tapi setidaknya peforma di paruh musim kedua sudah memenuhi ekspektasi sejumlah pengamat.

Musim 2013-2014 dimulai dan Liverpool harus mengarungi 5 laga tanpa topskor mereka musim lalu, Luis Bite Suarez akibat skorsing panjangnya. Namun dari sinilah terlihat bahwa Dewi Fortuna sekarang sudah bersama Liverpool dan selalu senantiasa mendampingi anak asuh Brendan Rodgers dan hasilnya adalah 3 kemenangan beruntun di awal musim yang mana sempat membuat Liverpool menjadi pemimpin klasemen sementara. Yang paling penting tentu saja tiga kemenangan pertama tersebut semuanya berakhir dengan skor 1-0 dan semua gol dicetak oleh Daniel Sturridge.

Dan kini hingga pekan ke 11 Liverpool telah memenangkan 7 laga, 2 seri, dan 2 kalah sehingga memantapkan posisinya di peringkat 2 meskipun jarak poin yang sangat ketat di EPL bisa membuat tim manapun terlempar ke papan tengah jika kalah. Liverpool hanya tertinggal dua poin dari Arsenal yang kini memimpin klasemen, namun hanya berjarak 3 poin dengan Spurs yang ada di peringkat 7, jadi apapun masih bisa terjadi.

Pada pekan ke 10 di saat Liverpool menyerah di Emirates Stadium, secara mengejutkan Chelsea juga menyerah dari Newcastle dengan skor yang sama diikuti oleh Southampton dan Spurs yang hanya bisa meraih hasil imbang dan hasilnya Liverpool tetap aman di peringkat ke tiga.

Sedangkan dipekan lalu Liverpool berhasil menghajar Fulham 4-0 di Anfield, hasil yang sangat baik meskipun musim lalu Fulham juga selalu menjadi bulan bulanan Liverpool. Pada pekan tersebut Dewi Fortuna menyambangi Stamford Bridge terlebih dahulu dan hasilnya anak asuh The Special One ini hanya bisa meraih hasil seri dan itupun dikarenakan penalti di injury time setelah aksi menyelam Ramires sukses mengelabui wasit. Jadilah Liverpool menggeser Chelsea di tempat kedua, dan secara mengejutkan besoknya tim peringkat 8 sukses menaklukkan tim nomor satu lewat skema set piece. Dan persaingan di papan atas Liga Premier semaik ketat, seketat baju Evan Sanders.

Liverpool tampaknya sudah dihapus dari daftar hitam tim milik Dewi Fortuna sehingga musim ini jumlah tembakan menghantam tiang menurun drastis dan sejumlah gol krusial pun berhasil menjadi penentu kemenangan Liverpool sehingga tidak terlalu banyak poin yang terbuang di 11 pertandingan awal ini. Namun musim sangat panjang, masih ada 27 pertandingan lainnya yang harus dilewati ditambah padatnya jadwal pada bulan Desember sampai Januari nanti. Semoga saja Dewi Fortuna masih berpihak kepada Liverpool sampai akhir musim usai terlepas dari nyata atau tidaknya mitologi mengenai Dewi Fortuna ini.

Saturday, November 9, 2013

Nasib Sang "Vice Captain"

Awal musim 2012/2013 Liverpool benar benar sibuk, bukan sibuk belanja pemain ataupun mencari marquee signing seperti kebanyakan tim lainnya, tapi sibuk mempertahankan para pemainnya yang diincar tim lain mulai dari Skrtel, Agger, Suarez, sampai Downing *ehhh. Daniel Agger pun gencar diberitakan akan bergabung ke Manchester City dan Barcelona, tapi untuk menampik hal tersebut Dagger membuat tatto YNWA di jarinya. Tatto yang sangat fenomenal dan menjadi design andalan dari sejumlah vendor tshirt yang berseliweran di lini masa. Tatto Dagger ini menegaskan bahwa dia sangat mencintai Liverpool dan berharap bisa terus bermain di depan para kopites di stadion kebanggannya dengan balutan jersey Liverpool. Loyalitas Agger pun sudah tak diragukan lagi sehingga orang beramai ramai memprediksikan kalau beliau akan menjadi kapten menggantikan Gerrard kelak karena cinta dan loyalitasnya kepada Liverpool.

Musim 2012-2013 pun berlalu dengan hasil Liverpool finish di nomor 7, tapi Agger tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Baginya yang penting dia bisa bermain untuk klub yang dicintainya dan bisa memberikan yang terbaik untuk para pendukung. Tapi Barcelona yang salah satu defendernya sudah uzur terus merayu Agger agar mau berlabuh di Nou Camp, bahkan ada sejumlah akun fanspage Barcelona yang mengupload foto Agger ketika sempat bersekolah di Akademi Barcelona.

Sebagai cara untuk memproteksi Agger pihak klub kemudian menunjukknya sebagi vice captain menggantikan Carragher yang pensiun. Agger tentu saja sangat senang, kini dia sudah semakin menjadi bagian yang sangat penting di Liverpool. Tawaran dari Barcelona pun kembali tak digubris oleh Liverpool dan sampai jendela transfer musim panas ditutup Daniel Agger tetap menjadi milik Liverpool.

Agger selalu bermain penuh di tiga laga awal EPL musim ini dan hasilnya Liverpool selalu berhasil mengamankan angka penuh dan sempat memuncaki klasemen. Sampai semuanya berubah ketika Liverpool memutuskan untuk mendatangkan bek tengah asal PSG, Mamadao Sakho. Agger tak lagi menjadi starter dan bahkan kadang kadang hanya menjadi penonton di bangku cadangan. Sakho menjadi pilar penting di formasi 3-5-2 yang sekarang digunakan oleh Brendan Rodgers dan Agger pun harus rela di nomorduakan. Sebenarnya sungguh ironis karena Agger dinomor duakan setelah dia ditunjuk sebagai vice captain.

Sakho tampil impresif sejak didatangkan dari Paris, namun entah di formasi 3-5-2 Brendan lebih suka memasang Toure, Skrtel, dan Sakho. Cukup mengejutkan memang kenapa Brendan lebih memilih Skrtel sebagai salah satu andalan di 3 belakang padahal Skrtel diakhir musim lalu tampil begitu buruk sehingga malah Agger yang tak kunjung mendapatkan tempat utama di Liverpool.

Banyak yang berharap bahwa Agger yang seharusnya menempati posisi Skrtel di tengah karena dia adalah ball playing defender terbaik saat ini, namun yang menjadi pelatih adalah Brendan Rodgers sehingga para pendukung hanya bisa berceloteh di twitter, blog, ataupun forum forum. Namun jika melihat permainan Skrtel saat ini, maka akan sulit bagi Agger untuk bisa menggesernya. Berikut ada sedikit komparasi dari penampilan keduanya di awal musim ini dan silakan ditelaah sebaik mungkin.



Siapa yang tidak sedih melihat Agger hanya menjadi bench warmer, pemain yang begitu dicintai publik Anfield karena loyalitasnya yang "too damn high" (seperti caption di meme meme). Agger sendiri meminta kepada klub agar dirinya tidak dijual ke klub di Liga Inggris karena dia tidak ingin bersaing bersama klub yang sangat dicintainya di dalam satu liga. Ketika tawaran itu datang dari Barcelona, tim yang setiap musim hampir selalu bisa dipastikan memenangkan Piala serta selalu tampil di Liga Champions (liga yang selalu dijadikan alasan para pemain untuk tidak bergabung ke Liverpool saat ini) Agger tak bergeming karena dia ingin meraih kesuksesan itu bersama Liverpool dan dia yakin Liverpool akan kembali bangkit (meskipun entah kapan).

Apakah nasib Agger akan sama dengan Vermaelen di Arsenal? Kita tidak tahu apa yang ada di pikiran Rodgers ataupun pemilik klub, yang jelas menyaksikan laga Liverpool tanpa Agger pasti saya merasa ada yang kurang dari lini belakang Liverpool. Tidak ada lagi sikut sikutan seperti dia menghajar Fernando Torres ataupun maki makiannya kepada pemain yang melakukan diving seperti yang dilakukannya kepada Gareth Bale. Kedatangan Sakho yang merupakan marquee signing Liverpool di bursa transfer musim panas beberapa bulan yang lalu benar benar menenggelamkan Agger.

Dua bulan lagi bursa transfer musim dingin akan di buka, kita tidak tahu siapa yang akan pergi meninggalkan Anfield, entah itu Skrtel ataupun Agger. Namun saya sangat berharap Agger bisa stay di Anfield, biarkan dia membimbing rekan rekan lain yang lebih muda karena hanya dialah satu satunya pemain yang paling berisik di lini belakang. Biarlah dia meneriaki Enrique atau Lucas kalau mereka melakukan kesalahan.
Tapi apapun yang terjadi Januari nanti, kita semua hanya bisa berharap yang terbaik untuk Vice Captain kita.

Daniel Agger The Greatest Dane !!!

Thursday, November 7, 2013

Go Diego Go

Diego Ribas da Cunha, demikian nama lengkap pemilik nomor punggung 10 di Wolfsburg ini. Di usianya yang sudah mencapai 28 tahun ini banyak orang yang sudah melupakannya karena hanya membela tim peringkat 11 di Bundesliga musim lalu. Padahal performanya bersama Wolfsburg terbilang cukup baik dibandingkan dengan rekan rekan lainnya seperti Ivica Olic ataupun Bast Dost (striker tinggi asal Belanda). Diego bahkan menjadi top skor untuk Wolfsburg (walaupun banyak dari titik putih) dengan 10 gol. Bukan cuma rajin membobol gawang lawan, Diego juga menjadi pelayan bagi rekan rekannya. Dia banyak terlibat dalam proses gol rekan rekannya dan menjadi pemain paling menonjol di Wolfsburg meskipun toh akhirnya tim ini harus finish di papan tengah.

Diego bukanlah nama baru di kancah sepakbola Eropa, dia adalah salah satu playmaker terbaik yang dimiliki oleh Werder Bremen sekaligus merupakan mentor dari Mezut Ozil (raja assist saat ini). Diego merupakan sosok klasik nomor sepuluh klasik khas Brazil yang sesungguhnya, bermodalkan dribbling, pinpoint pass, serta visi yang luar biasa baik. Selama tiga musim membela Bremen, Diego menjadi sosok vital kesuksesan Bremen menembus final UEFA Cup di tahun 2009 namun dia gagal tampil di final karena akumulasi kartu dan Bremen menyerah 1-2 kepada tim dari Ukraina, Shaktar Donetsk. Tapi 10 hari berselang Diego berhasil membawa Bremen menjuarai DFB Pokal setelah menang 1-0 atas Bayer Leverkusen dan gol tunggal yang dicetak oleh Mesut Ozil merupakan hasil kreasinya.

Permainan memikat Diego membuat salah satu klub besar di Serie-A tertarik untuk memboyongnya dan dengan mahar senilai 24,5 juta euro dia pun resmi berlabuh di kota Turin. Beban berat sudah siap dilemparkan kepada Diego karena klub yang baru promosi di musim 2007-2008 ini baru saja ditinggalkan Pavel Nedved yang memutuskan untuk pensiun dan Diego diharapkan menjadi penerusnya. Diego yang mengenakan nomor punggung 10 pun bersiap memulai petualangan di Serie-A dan bermain di klub legendaris yang baru saja dicabut gelar scudettonya akibat skandal calciopoli yang menghebohkan itu.

Ciro Ferrara, pelatih Juventus pada saat itu menempatkan Diego di formasi 4-3-1-2 tepat di belakang dua striker baik itu Del Piero, Trezeguet, Amauri, ataupun Laquinta. Tapi hasil yang didapat Juventus bisa dibilang sangat buruk, sehingga akhirnya Ferrara dipecat dan digantikan oleh Zaccheroni pada Januari 2010 namun tetap tak berhasil menyelamatkan Juventus dan tim peraih scudetto sebanyak 31 (ehhh 29) harus puas finish di peringkat ke tujuh. Diego pun dianggap gagal menjadi penerus Pavel Nedved dan Juventus langsung menjualnya seharga 15,5 juta euro ke VFL Wolfsburg. Diego gagal unjuk gigi di Serie-A karena hanya mendapatkan kesempatan semusim dan tak pernah mendapatkan kesempatan keduanya.

Kembali ke Liga yang telah membesarkan namanya ternyata tak membuat Diego bisa sukses seperti di Bremen, musim kelam dilalui oleh Wolfsburg dan mereka hanya finish di tempat ke 15 setelah ditinggal Edin Dzeko pada paruh musim. Pada awal musim 2011-2012 Felix Magath bahkan mengatakan bahwa Diego tidak memiliki masa depan jika dia tetap di Wolfsburg dan akhirnya pemain yang pernah satu tim bersama dengan Robinho, Alex, dan Elano ini dipinjamkan ke Atletico semusim penuh.

Bersama Atletico Madrid Diego berhasil menebus kegagalannya di tahun 2009 bersama Werder Bremen, dia merasakan gelar juara Liga Eropa setelah di final Atletico berhasil mengalahkan Athletic Bilbao 3-0 dan Diego mencetak gol ketiga. Meskipun terbilang sukses, Diego tak kunjung dipermanenkan oleh Atletico Madrid dan akhirnya pada musim 2012-2013 dia kembali ke Wolfsburg.

Di Wolfsburg Diego masih menunjukkan kalau dia belum habis dan setidaknya dia berhasil membawa rekan rekannya menaklukkan Dortmund 2-3 di Iduna Park. Dan jika Diego mau mencoba atmosfer EPL saya rasa Liverpool adalah tempat yang tepat (asalkan harga tidak mahal dan gajinya lebih murah dari Gerrard). Selain karena Liverpool yang sekarang (mumpung masih) nomor 3 di klasemen ditambah dengan adanya sejumlah pemain latin di sana saya rasa adaptasinya tidak akan berlangsung lama. NGAREEEP MEN !!!
Go Diego Go !!!

Wednesday, November 6, 2013

Letupan Kecil Dari Kota Verona

Verona, apa yang pertama kali terlintas ketika mendengar kata ini disebutkan? Sebagai orang yang masih hijau dalam sepakbola maka yang terlintas di pikiran saya tentu saja Chievo Verona, salah satu tim yang beberapa musim lalu sempat berkompetisi di Serie-A dan Sergio Pellisier adalah satu satunya pemain yang saya ingat dari tim tersebut. Atau mungkin bagi penikmat roman tentu tidak asing dengan Romeo and Juliet yang ceritanya bertempat di kota Verona. Sampai akhirnya ketika melihat klasemen Serie-A musim ini beberapa hari yang lalu ada satu nama yang menarik perhatian saya, ada sebuah tim yang berhasil duduk manis di peringkat ke 5 tepat diapit Inter dan Fiorentina, nama tim tersebut adalah Hellas Verona.

Hellas Verona baru saja promosi musim ini setelah 11 tahun tak pernah merasakan ketatnya "The Beauty of Serie-A". Pada pekan pertama mereka langsung menggemparkan Serie-A dengan menaklukkan tim penuh sejarah asal kota Milan dengan skor 2-1 setelah Luca Toni dua kali membobol gawang Abbiati di Stadio Marc'Antonio Bentegodi. Yaap, Verona berhasil mengalakan AC Milan, tim yang memenangi UCL (atau apapun itu nama sebelumya) sebanyak tujuh kali.

Hellas Verona bukanlah tim baru lahir seperti Swansea di Liga Inggris, setidaknya mereka dulu sempat merasakan bagaimana rasanya menjadi juara Serie-A pada musim 1984-1985 di mana kala itu Juventus memiliki sang Maestro Michael Platini dan Napoli baru saja mendatangkan Diego Maradona. Bukti bahwa setidaknya mereka dulu juga pernah bergigi di tanah Italia.

Hingga pekan ke 11 Hellas Verona telah memenangi 7 laga, seri sekali, serta kalah tiga kali, tentu bukanlah catatan yang buruk untuk tim baru saja promosi. Andrea Mandorlini berhasil menggabungkan talenta talenta muda dengan pemain veteran dan berpengalaman. Lihat bagaimana Juan Iturbe dan Jorginho Frello berhasil klop dengan Luca Toni, striker veteran yang kini sudah berumur 36 tahun namun masih mampu mencetak 5 gol dan 3 assist.

Anak asuh Mandorlini ini sudah bertemu 4 tim besar, yaitu AC Milan (meskipun kalau dilihat dari peringkatnya adalah medioker), AS Roma, Juventus, dan Inter. Dari ke empat tim tersebut hanya Milan yang kalah dari Verona sementara sisanya berhasil mengamankan poin penuh. Bertemu dengan 8 tim lainnya Verona selalu berhasil meraih angka penuh selain melawan Torino, sehingga total poin yang mereka kumpulkan sampai giornata 11 adalah 22.

Serie-A memang baru 11 pekan, namun Verona berhasil mencuri perhatian dengan talenta mudanya seperti Juan Iturbe yang dijuluki 'The New Messi" sehingga Barcelona dan Liverpool dikabarkan siap mengamankannya dari Verona, sementara Iturbe sendiri statusnya masih milik FC Porto, tim yang selalu menjual pemain bintangnya dengan harga selangit sejak era Mourinho.

Kiprah selanjutnya dari Hellas Verona ini tergantung dari kemampuan klub menjaga aset aset mudanya agar tidak terlalu cepat meninggalkan klub sehingga klub sempat mencari calon penggantinya. Jika mereka bisa konsisten terus menang melawan tim tim dibawah mereka maka peluang untuk bisa meramaikan persaingan di Eropa pun tetap terjaga.
Sungguh menyenangkan jika ternyata di tengah superiornya AS Roma ada tim lain yang berhasil mencuri perhatian dengan letupan kecilnya dan letupan itu berasal dari kota Romeo and Juliet.
The Beauty of Serie-A will you be beauty again?

Tuesday, November 5, 2013

All Hail Pochettino

Southampton FC menggebrak EPL pada awal musim ini, tim asal kota pelabuhan ini bahkan sempat menduduki peringkat 4 di klasemen EPL atau istilah kerennya masuk BIG FOUR. Anak asuh Mauricio Pochettino bahkan sempat mengalahkan salah satu "tim papan atas" (baca : Liverpool) di Anfield lewat gol tunggal Dejan Lovren dan berhasil menahan tim papan tengah (baca : Manchester United) di Theater of Dreams 1-1 dan lagi lagi pencetak golnya adalah Dejan Lovren (meskipun akhirnya dihitung sebagai gol Lallana menurut whoscored). Southampton telah menebar ancaman bahwa target mereka sekarang bukan hanya sekedar bertahan di EPL, mereka juga ingin bermain di Eropa sama seperti tim asal Merseyside yang sekarang nangkring di peringkat ke 3.

Perubahan di kubu Soton (biar nulisnya lebih singkat) bermula sejak mereka kedatangan pelatih asal Argentina (Pochettino) yang sebelumnya melatih Espanyol, Pochettino ditunjuk untuk menggantikan Nigel Adkins yang sukses membawa Soton promosi namun tak kunjung membuat mereka berada di zona aman. Owner Southampton memutuskan untuk mengganti Adkins pada bulan Januari 2013 setelah mereka masih tertatih di peringkat 15. Penunjukkan Pochettino terbilang sukses karena Soton sempat menembus peringkat 11, meskipun pada akhirnya finish di peringkat 14.

Soton mendatangkan tiga nama besar di bursa transfer musim panas, mereka adalah Dejan Lovren, Victor Wanyama, dan Dani Osvaldo. Keberanian Owner Soton untuk mengeluarkan budget untuk tiga pemain tersebut cukup mengejutkan karena ketiganya termasuk pemain pemain andalan di klubnya masing masing. Dejan Lovren mengisi pos belakang bersama dengan Jose Fonte, Victor Wanyama menemani Schneiderlin sebagai pivot, sementara Osvaldo bahu membahu bersama Ricky Lambert, Jay Rodriguez, dan Adam Lallana untuk menerror pertahanan lawan.

Pochettino memakai 4-2-3-1 pada musim ini dengan backfournya Lovren, Fonte, Shaw, dan Clyne dan hasilnya mereka baru kebobolan 4 kali dan merupakan pertahanan terbaik di EPL musim ini. Untuk melindungi backfournya Pochettino memasang duet Schneiderlin dan Wanyama, tekling keduanya berhasil membuat gelandang lawan kesulitan untuk menyerang ke gawang dan sekedar info Soton adalah tim ketiga di EPL yang paling jarang di serang setelah Manchester City dan Tottenham Hotspurs.
Dan untuk kuartet depannya mereka adalah Lallana, Lambert, Rodriguez, dan Osvaldo. Kuartet ini telah mencetak 9 gol dari total 11 (dua gol lainnya dicetak oleh Fonte dan Lovren), menunjukkan betapa menjanjikannya lini serang Soton jika bisa konsisten hingga akhir musim :)
Ricky Lambert yang musim 2012/2013 mencetak 15 gol pun akhirnya dipanggil oleh Roy Hodgson untuk membela timnas Inggris pada kualifikasi Piala Dunia melawan Moldova setelah pada laga persahabatan melawan Skotlandia menjadi penentu kemenangan.

Meskipun pelatihnya orang Argentina, Soton termasuk paling banyak menggunakan pemain asli Inggris seperti Luke Shaw, Lambert, Clyne, Lallana, Rodriguez, James Ward, Steven Davis, dan Calum Chambers. Dan Adam Lallana yang ditunjuk sebagai kapten sudah join di akademi Soton sejak berumur 12 tahun, Soton percaya dan berani menggunakan produk asli mereka.

Meskipun terlalu dini untuk mengambil kesimpulan mengenai kekuatan dan peluang Soton untuk menembus Eropa namun setidaknya peforma mereka di awal musim ini sudah menunjukkan bahwa pergerakan mereka di bursa transfer musim panas sudah memberikan dampak yang cukup memuaskan dan yang paling penting tentu saja mereka telah menunjukkan peningkatan dari musim lalu.
All hail Pochettino