Saturday, December 29, 2012

Last Match in 2012

Rangkaian pertandingan Liverpool musim ini akan di tutup dengan bertandang ke kandang QPR. Tim yang baru menang sekali dan merupakan juru kunci. 3 poin ??? Harus dan wajib hukumnya, tolong jangan buat akhir tahun ane makin kelam dengan kekalahan deh. Kalo bisa Downing hattrick, maka sempurnalah tutup tahun ini sehingga bisa melangkah dengan penuh keyakinan ke tahun 2013 (ini apa coba).

Setelah di hajar tim Rugby dengan skor 3-1, sudah saatnya Liverpool bangkit. Masa iya sih tim sebesar Liverpool mau jadi medioker sampai akhir musim. Malu dong ama tim tetangga, ntar bacotnya Moyes malah makin menjadi jadi. Paling nggak dengan kemenangan nanti, tekanan dari supporter terhadap Rodgers agak bisa berkurang.

Beberapa hari belakangan ada isu bahwa Suarez cedera dan dikhawatirkan bisa memperkuat LFC saat menghadapi QPR, meskipun tak lama kemudian Rodgers mengatakan bahwa Suarez baik baik saja. Terlalu banyak PHP di dunia ini, termasuk media media di Inggris. Itulah alasan kenapa ane nggak mau tinggal di Inggris, takut menjadi incaran paparazzi.

Sebenarnya dengan atau tanpa Suarez, LFC tetap bisa memetik 3 poin. Tinggal bagaimana Rodgers mengoptimalkan para Midfieldernya, atau mencoba para youngster seperti Adam Morgan atau Samid Yessil. Tapi semuanya tergantung Rodgers, IN RODGERS WE TRUST. Dia juga harus sadar, QPR mempunyai kesempatan untuk bangkit apalagi sekarang sudah ditangani oleh Harry Reddknapp. Dengan skuad yang sebenarnya lumayan, QPR tentu berpeluang menyulitkan anak asuh Rodgers (tsaaah, pake anak asuh). Apalagi dengan kejadian super PHP musim lalu, tentunya kita berharap Rodgers bisa menerapkan taktik terbaik untuk mengalahkan "oppa" harry.

                                          Remember this amazing goal ?


Ataukah match hari minggu nanti menjadi match terakhir Downing berseragam LFC ? Cuma berharap Downing bisa menampilkan yang terbaik ditengah cercaan yang luar biasa, minimal hattrick lah (go home toni, you’re drunk).

                                          Hattrick DOWNING ??? :-D

Belum lagi adanya kejadian dimana Jonjo "Voldemort" Shelvey sampai menutup akun twitternya karena mendapat serangan mensyen dari para supporter yang menganggap dia bermain buruk (kalo ane mah suka suka aja di mensyen ama orang :-D). Sungguh menyedihkan, karena para supporter yang seperti itu tidak memahami apa itu Kop Pledge seperti yang tertulis dibelakang membercard BIGREDS IOSC. Jonjo masih muda, masih mempunyai banyak waktu untuk bisa berkembang. "KAU JAK YANG MAEN" - kata salah satu personil BIGREDS PTK kalo ada penonton yang menyalahkan pemain yang bermain jelek. Kalau udah ada kejadian kayak gini, apa sih bedanya dengan supporter Chelsea yang meluncurkan hastag #RafaOut ketika kalah, tetapi senyap ketika Chelsea menang 8-0....fuckin plastic fans... Ane pun jadi mengerti kenapa si "tua bangka bau tanah yang gak pernah berhenti ngenyot permen karetnya" melarang para pemainnya untuk buka akun twitter. Itu adalah cara untuk menyelamatkan anak asuhnya dari cercaan fans ketika peformanya sedang buruk.

Meskipun matchnya hari minggu, dimana sebagian jombloREDS berharap matchnya malam minggu sehingga kejombloannya tidak terlalu nampak. Semoga semuanya bisa memerahkan cafe ozone, yang meskipun kopinya terkadang seperti lumpur lapindo.
Mari kita ramaikan homebase di cafe Ozone...
Nonbar, merahkan...
Walau hati perih #teteup
You'll Never Walk Alone

Thursday, December 13, 2012

Persahabatan dalam Doa

Apa yang terjadi tadi pagi ? Tak ada satupun yang tau. Perang Dunia Ketiga pecah lewat sms dua "insan" yang katanya dulu pernah saling mencintai, tapi kini keduanya saling caci maki, saling menyalahkan, saling membenarkan alasan masing masing. Terutama sang pria yang tak pernah bisa menerima kalau dirinya sudah tak dicinta lagi.

Sampai kapankah akan terus begini ? Tak bisakah kami saling tetap menjaga silaturahmi sebagai teman saja ? Inilah kesalahan fatal sang Pria yang tidak siap ditinggalkan oleh orang yang katanya sangat dicintainya. Tidak bisa menerima bahwa sang Wanita sudah menemukan orang yang tepat dan bisa membuatnya bahagia.
Kenapa setan meski terus merasuki perasaan sang pria sehingga rasa cinta itu malah membuatnya tak ubahnya singa murka yang tak memiliki perasan sama sekali.

Sungguh sedih harus seperti ini, antara hati dan doa tidak selaras dengan perkataan. Setiap pagi selalu mendoakannya supaya dia baik baik saja, tapi ketika dia menanyakan kabar malah dicaci maki tak ubahnya seorang musuh. Apa yang terjadi dengan orang ini ? Apakah nama dari perasaan dan sikap seperti ini ?
Sungguh pria ini kebingungan. Mencacimaki sampai puas, tapi kemudian menyesal dan menangis kenapa bisa melakukan hal tersebut kepada dia yang pernah disayanginya.

Sekarang Dia yang pernah dicinta semakin membenci sang pria, bahkan memaafkan pun mungkin tidak akan pernah. Dia yang pernah dicinta begitu terluka setelah dimaki dengan makian yang sebenarnya sangat tidak pantas untuk diucapkan. Dikatakan sebagai seorang yang cuma memanfaatkan, padahal sang pria tau bahwa dia yang pernah dicinta tak mungkin seperti itu. Dia yang pernah dicinta selalu menerima baik dan buruk sang Pria sampai akhirnya dia sudah tak tahan lagi. Sang Pria menyadari hal ini tapi kenapa dia bisa sampai hati mengatakan hal yang tak pantas kepada dia yang pernah dicinta ? Kenapa mulut dan omongannya tak pernah bisa dikontrol sejak dulu ? Tidak bisakah Sang Pria ini berubah ? Bukan hanya demi si pria, tapi juga untuk orang lain.  Mungkin inilah yang namanya tidak jodoh. Sekeras apapun hati sang Pria, tidak akan mungkin mengubah segalanya. Tuham sudah punya rencana masing masing untuk kedua insan ini.

Sekarang Sang Pria cuma bisa mendoakan dia yang pernah dicintanya, supaya selalu dibimbing dan diberkati Tuhan segala pekerjaan dan perkuliahannya. Semoga bisa mengejar segala mimpi yang pernah diutarakanya dahulu. Karena bagaimanapun juga Sang Pria telah berjanji kepada Tuhan untuk selalu mendoakannya. Melihatnya sukses kelak tentu akan menjadi kebanggaan sendiri bagi pria ini, meskipun cuma membantu lewat doa karna sudah tak punya hak untuk membantu secara langsung. Jika dia yang pernah dicinta ternyata sama sama mendoakan untuk sang pria ini, tentu akan menjadi sebuah persahabatan yang sangat indah. Persahabatan lewat doa, perantaranya adalah Tuhan. Saling benci, saling caci, tak pernah bertegur sapa, tak pernah saling sms, tak pernah saling telpon, namun saling mendoakan. Tidak akan pernah ada persahabatan yang seindah ini selamanya.

Friday, September 21, 2012

Number One is Carragher


Number one is Carragher, number two is Carragher............ demikian chant yang menggema di KFC Ayani Pontianak pada jum’at dinihari ketika match BSC Young Boys vs Liverpool. Tidak peduli meskipun Liverpool kebobolan 3 gol dan meski SCTV di KFC banyak semutnya. Laga yang membuat jantung para kopites bergetar lebih cepat dari biasanya. Meskipun sebenarnya chant ini dinyanyikan ketika ada wanita cantik yang muncul dari tangga  #teteup

Sebelum laga dimulai semuanya udah sibuk ngecek TL harap harap cemas siapa yang bakalan menjadi starter, apakah Assaidi, Yessil, Suso akan menjadi starter? Sehingga akhirnya line up resmi keluar, dan semuanya senang karena sesuai dengan harapan. Berikut adalah starting eleven vs BSC : Jones, Carragher (C), Coates, Wisdom, Enrique, Hendo, Sahin, Suso, Downing, Assaidi, Pacheco. Baru berjalan beberapa menit, Downing menusuk dari sisi kanan dan melepaskan crossing yang sebenarnya sangat sangat tidak membahayakan sama sekali. Namun apadaya maskud hati ingin membuang bola, tapi justru sundulan bek yg satu membentur muka temannya dan bola malah masuk kegawang. 1-0 untuk Liverpool, Downing punish you and punish everyone.

Serangan Liverpool yang sangat baik dan terorganisir tidak berimbang dengan performa lini belakangnya, terutama Enrique dan *ehem* Carra. Gol balasan dari Young Boys berawal dari Enrique yang terlalu maruk menahan bola dan justru malah membuat lawan berhasil menyamakan skor. Assaid tampil istimewa di kiri, berkali kali berhasil melewati bek lawan namun tetap kesulitan memberikan bola ke Pacheco. Lini tengah Liverpool malam itu benar benar dominan, mungkin karena ada kesamaan dari pola permainan Sahin dan Suso sehingga sangat mudah mengalirkan bola ke kanan ataupun ke kiri.

Gol kedua Liverpool berawal dari corner Sahin yang dengan sukses disundul oleh agan Wisdom. Wisdom pun berhak mendapatkan cendol pada malam itu, sementara Enrique mungkin di bata. Babak pertama berakhir dengan keunggulan LFC 2-1, KFC sudah tenang dan terlihat sejumlah rekan saya sibuk ngecek TL.
Bencana terjadi pada babak ke dua, keasikan menyerang malah Liverpool harus kebobolan dua gol. Bahkan pelatih Young Boys langsung mengganti Zarate yang mencetak gol untuk memperkuat pertahanan. Strategi parkir bus pun sedang dipersiapkan sodara sodara. Rodgers beraksi cepat dengan memasukkan Borini untuk menggantikan Pacheco. Dan Coates pun berhasil mencetak gol penyama kedudukan lewat sundulannya menyambut sepakan STEWART DOWNING.

Rodgers melakukan pergantian lagi, kali ini dengan memasukkan Shelvey menggantikan Assaidi. Dan semuanya pun kebingungan, akankah Hendo yang bergeser kekanan atau bagaimana. Ternyata Suso yang bergeser kekanan dan berkali kali mempertontonkan skill yang luar biasa. Shelvey menjadi pahlawan dengan dua golnya sekaligus membalas kritik terhadapnya pekan lalu ketika berhadapan dengan Sunderland. We’ve got three points, dan semuanya keluar dari KFC dengan muka senyum tapi dalam hati menangis karena OGOTnya 5 rebu.

Sekali lagi, revolusi itu butuh proses . Biarkan Rodgers berkreasi dengan sebaik baiknya, supaya dia bisa menemukan komposisi yang terbaik. Para pemain muda sudah memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya, sekarang tinggal menunggu giliran Ngoo, Adorjan, Yessil, Ibe, Pelosci dkk untuk unjuk gigi di tim utama... You’ll Never Walk Alone

Wednesday, September 19, 2012

REVOLUSI ITU BUTUH PROSES DAN TERKADANG MENYAKITKAN


Brendan Rodgers di daulat sebagai pengganti King Kenny yang dipecat oleh Owner setelah gagal membawa Liverpool meraih tiket ke Liga Champions *turnamen yang dimenangi Liverpool sebanyak 5 kali*, dengan reputasi sebagai pelatih “bergenre” tiki taka ala Barcelona. Meskipun sebenarnya tiki takanya om Rodgers ini Cuma sampai di tengah doang, tapi swansea berhasil menjadi tim yang ball possesionnya paling baik di EPL. Bahkan 2 pemainnya masuk sebagai pemain dengan pass akurasi tertinggi se eropa, yaap se eropa sodara sodara. 

Dengan reputasi yang demikian wajar jika supporter menaruh ekspekstasi yang tinggi kepada beliau. Mungkin banyak yang berharap Liverpool mainnya bisa mirip dengan *ehem* Barcelona, tim yang disebut sebut berasal dari luar angkasa. Main passing passingan dari bawahan sampai kedepan gawang lawan, kemudian mencetak banyak goal *seandainya Xavi, Iniesta, dan Messi bergabung LFC*

Tapi apa daya nasib berkata lain, pada pekan pertama Liverpool digilas WBA dengan skor telak 0-3. Seketika itu juga terpancar kesedihan dari wajah sejumlah pria berbaju merah yang pulang dari cafe champions. Permainan teka reki Rodgers dipatahkan dengan mudah oleh Steve Clarke yang merupakan assisten Kenny di musim kemarin. Mungkin banyak yang menyalahkan Phil Dowd atas kartu merah dan dua penalty misterius. Tapi diluar itu LFC memang tidak bisa berbuat banyak, gol cantik WBA pun tak kunjung berbalas sampai akhirnya Agger diusir keluar dan bencana dua penalti. Apa yang terjadi ? kenapa bisa kalah ? wasitnya taeek, demikian sejumlah cacian yang terdengar *seandainya Dowd mendengar*. 

Menyalahkan wasit memang sudah menjadi tradisi di Indonesia, dan itu memang sudah tidak bisa dihilangkan. Sehingga kalau Suarez dijatuhkan tapi wasitnya tidak memberikan pelanggaran langsung keluar suara “oi sit!!” yakali kalau teriak di depan Dowd juga dia gak bakalan ngerti, harusnya teriak “ oi ref!!” mungkin dia akan berpaling.

Pekan kedua bertemu sang juara EPL musim lalu, Liverpool bermain sangat baik dan harusnya layak memperoleh kemenangan. Gol heading Skrtel dan freekick superkeren dari Suarez dibalas dengan dua gol “heng hengan” dari Yaya dan Tevez. Nyesek men nyesek, penyakit seri masih belum bisa hilang dari LFC. Omelan sudah mulai berkurang, karena serangan di twitter tidak se sporadis pada pekan pertama. Alasan : “lawan juara musim lalu pek”

Pekan ketiga LFC menjamu Arsenal yang lagi galau karena ditinggal dua pemain andalannya, dan lagi lagi LFC kembali menelan kekalahan. Podolski dan Cazorla jadi aktornya, Anfield sudah tak angker lagi. Fans arsenal di DEPAC CAFE pun bernyanyi “Fuck Off Van Persie, We have Podolski”

Sampai pekan lalu ketika nobar di Ozone, dua kali tiang dan sejumlah peluang kembali menggagalkan kemenangan pertama LFC di EPL musim ini. Penyakit tiang gawang yang sudah sangat kronis benar benar membuat saya geram. Kenapa tidak ada angin yang membelokkan sedikit saja kedalam tendangan dari glenjo dan Gerrard? Tuhan, ini sungguh tidak adil....... kami harusnya bisa menang 3-1, tapi #ahsudahla

Seperti biasa, pada saat pertandingan semuanya sibuk mengomentari taktik dari om Rodgers. Kenapa Shelvey gak diganti ama Sahin, kenapa Downing gantikan Borini, kenapa bukan Suarez yang terlalu maruk? Sebelum pertandingan lawan Sunderland, semuanya ngomel kenapa biasanya Suarez yang disimpan ditengah. Kenapa bukan Borini? Borini kan CF murni? Mungkin karena om Rodgers mendengar komentar kami, pada malam itu dia memasang Borini di tengah diapit Suarez di kiri dan Sterling di kanan. Hasilnya Borini berhasil membuat 2 peluang, Sterling pun apik mengacak acak sektor kiri Sunderland. Tapi tetap saja LFC yang kebobolan duluan, semuanya langsung ngomel menyalahkan Reina yang tidak sigap memotong umpan silang tersebut. Meskipun akhirnya  Suarez berhasil menyamakan kedudukan. Tapi tetap saja nyeseknya luar biasa.

Setelah melihat taktik dari Rodgers, saya beranggapan bahwa Suarez benar benar diberikan kebebasan untuk mengacak acak pertahanan lawan dengan skill driblingnya yang “Dewa” tersebut. Itulah kenapa Suarez diletakkan Rodgers di tengah, karena ketika di kiri terlihat jelas kalau Suarez tidak bebas bergerak. Biarkan Rodgers menyempurnakan taktiknya dalam beberapa match, dia masih muda dan pasti terus akan belajar.
Banyak hal positif yang kita dapatkan dari Rodgers, termasuk dengan masuknya Sterling di starting eleven. Shelvey pun memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa dia bisa meneruskan Gerrard, bukan Hendo #ehhhh. Dengan bergabungnya Assaidi dan Yessil, terlihat bahwa Rodgers sudah memiliki rencana jangka panjang. Semoga dua bintang ini bisa bermain apik kelak.

Berikanlah Rodgers waktu, revolusi itu butuh proses dan terkadang menyakitkan. Keep Support and always remember We’ll Never let Them Walk Alone

Monday, September 17, 2012

ADDICTED TO LFC PART 1

Setelah sekian lama terbengkalai akhirnya dapat juga mood untuk ngetik bahan postingan di blog tercinta ini. Blog yang sebelumnya udah dipersiapkan untuk proyek spektakuler tapi malah macet total, semacet jeruju kalau lagi banyak truk yang ngantri solar subsidi. Setelah postingan beberapa hari saat yang lalu mengenai duit dan kegalauan, sekarang saatnya membahas “ My Favorite Football Club” Liverpool FC...... jengjeng

Liverpool FC, club yang memenangi 18 kali Liga Inggris, 5 kali Liga Champions, dan sejumlah trofi lainnya menjadi klub favorit saya semenjak jamannya Michael Owen ( yang katanya orang orang adalah Judas ). Setelah melihat goalnya kegawang Brazil di WC 2002, saya langsung mencari tau klubnya di majalah Bola karena ada om saya langganan majalah bola dan langsung klop sama LFC sejak pertemuan pertama. Yaap, love at first meet is great beibeh, not at first sight.

Ketika pertama kali nonton LFC di TV7 pada musim 2003/2004 ( sekarang udah jadi Trans7 kalo gak salah ), saat itu Owen masih duet sama Heskey ( pemain yang lebih hebat dari Lionel Messi menurut @heskeyheskey ) . Defendernya Carra dan Hyppia dilindungi oleh Didi Hamman ( pemain long shot paling keren setelah Gerrard dan Riise ). Gaya mainnya aneh, karena Carra dan Hyppia sama sama sering longpass dari bawah untuk ditujukan kepada Owen. Tapi itulah gaya klasik Inggris yang sebenarnya ( padahal Houiller itu orang Prancis ). Terus berharap adanya bola bola rebound, maklum tengahnya disesaki oleh para sniper elite : Gerrard, Hamman, Riise yang bisa menghujani gawang lawan dengan tembakan tembakan keras dan akurat ( tipe sniper yang sampai sekarang belum ada penerusnya ). Permainan pada masa Houiller yang menoton dan mudah dibaca membuat Liverpool tetap kesulitan menjuarai EPL, tapi tetap lolos ke UCL.

Sampai ketika Owen pindah ke Madrid karena dia beranggapan bahwa di Liverpool dia akan sulit untuk merasakan gelar juara Liga Champions meskipun akhirnya #ehem Liverpool memenangi Liga Champions yang kelima kalinya setelah dengan dramatis mengalahkan Milan lewat adu penalti. Dari sinilah lahir chant yang melegenda , “ In Istanbul, we won it five time” dan juga menjadi olokan dari supporter lainnya, yeah “ WON” = lampau dan sampai akhirnya dijuluki History FC.

Meskipun Michael Judas Owen pindah, saya tetap menyukai LFC. Meskipun saya sering stalking kondisi dia di Real Madrid dengan membaca berita bola. Entah bagaimana saya bisa suka dengan klub ini, yang padahal jelas jelas gak pernah juara EPL, mainnya gak sekeren AC Milan atau Arsenal pada masa Henry. Kalau sekarang mungkin kita bisa tau dengan gampang sejarah sejarah klub, hanya dengan googling semua informasi bisa didapat. Tapi ketika saya masih SMP, warnet di Sanggau belum ada, kalau onlen meski pakai telkomnetinstan diall ke 080989empat kali yang kecepatannya mungkin setara dengan larinya Carragher sekarang alias lambat.

Sebagai generasi sebelum era speedy dan telkomflash saya bangga dengan kisah cinta antara saya dan LFC. Dulu tidak ada wikipedia yang bisa dengan gampangnya menjelaskan sejarah klub lengkap dengan legenda legendanya, saya harus menunggu tiap hari selasa dan jum’at untuk membeli majalah Bola demi melihat analisa pertandingan atau berharap dapat bonus poster yang ada pemain LFC nya. Dari situlah saya bisa tau kalau LFC menjuarai Liga Inggris 18 kali, karena biasanya didalam ulasan ulasan Bola ada diselipkan info info dan flashback kemasa lampau. Saya harus mengakui kalau saya baru tau dengan lengkap sejarah Liverpool adalah sejak saya kuliah pada tahun 2009, bahkan Kenny Dalglish dan Bill Shankly beserta sejumlah nama besarnya saya baru tau pada tahun 2009 ( Supporter macam apa saya ini ). Saya hanya kenal pemain yang pernah saya tonton dari rentang 2003 – sekarang.
Bencana datang ketika TV7 membuat EPL hanya bisa disaksikan di kota kota besar yang menggunakan antena. Ketika itu juga saya tidak bisa menonton Liverpool main di EPL kecuali kalau main di Liga Champions. Itupun jarang disiarkan, sampai ke babak 16 besar barulah saya bisa nonton Liverpool main di RCTI. Kenapa gak streaming aja??? YAKALI STREAMING PAKAI TELKOMNET, YOUTUBE AJA BELOM ADA NDE NDEEE, ADOBE FLASHPLAYER MUNGKIN MASIH DIDALAM KANDUNGAN........

Untungnya orang rumah berlangganan banyak koran lokal, mulai dari Equator, AP Post, sampai kapuas post ( Tribun yang sekarang katanya terbesar belum ada ding ). Jadi begitu baca koran mulainya bukan dari depan, tapi langsung buka kebelakang yang halaman ada halaman bolanya ( berasa baca komik jepang ). Kalo sekarang si era twitter hanya perlu beberapa menit bagi si om @detikcom untuk ngasi review pertandingan, dan kita yang gak nonton bisa dapat review gak nyampai sejam. Bahkan ada yang livetweet.

Dulu kalau Liverpool ada main malamnya, jam setengah 6 saya udah bangun untuk nonton Lensa Olahraga di ANTV atau Liputan 6 jam 6nya. Dulu acara favorit itu Spirit football di metro atau Total football di antv. Kalau mau liat cuplikan gol dari semua liga harus mau bersabar selama seminggu, sekarang mah tinggal download atau subscribe channelnya MostarLFC di yutub.

Dibalik susahnya mendapatkah informasi tentang Liverpool, disitulah ternyata saya benar benar sudah jatuh cinta kepada klub ini. Saya sendiri susah menjelaskan alasannya, tapi saya suka sama Liverpool FC..... to be continued * terlalu panjang kisah cintaku dengan LFC :-p*