Brendan Rodgers di daulat sebagai pengganti King Kenny yang
dipecat oleh Owner setelah gagal membawa Liverpool meraih tiket ke Liga
Champions *turnamen yang dimenangi Liverpool sebanyak 5 kali*, dengan reputasi
sebagai pelatih “bergenre” tiki taka ala Barcelona. Meskipun sebenarnya tiki
takanya om Rodgers ini Cuma sampai di tengah doang, tapi swansea berhasil
menjadi tim yang ball possesionnya paling baik di EPL. Bahkan 2 pemainnya masuk
sebagai pemain dengan pass akurasi tertinggi se eropa, yaap se eropa sodara
sodara.
Dengan reputasi yang demikian wajar jika supporter menaruh
ekspekstasi yang tinggi kepada beliau. Mungkin banyak yang berharap Liverpool
mainnya bisa mirip dengan *ehem* Barcelona, tim yang disebut sebut berasal dari
luar angkasa. Main passing passingan dari bawahan sampai kedepan gawang lawan,
kemudian mencetak banyak goal *seandainya Xavi, Iniesta, dan Messi bergabung
LFC*
Tapi apa daya nasib berkata lain, pada pekan pertama
Liverpool digilas WBA dengan skor telak 0-3. Seketika itu juga terpancar
kesedihan dari wajah sejumlah pria berbaju merah yang pulang dari cafe
champions. Permainan teka reki Rodgers dipatahkan dengan mudah oleh Steve
Clarke yang merupakan assisten Kenny di musim kemarin. Mungkin banyak yang
menyalahkan Phil Dowd atas kartu merah dan dua penalty misterius. Tapi diluar
itu LFC memang tidak bisa berbuat banyak, gol cantik WBA pun tak kunjung
berbalas sampai akhirnya Agger diusir keluar dan bencana dua penalti. Apa yang
terjadi ? kenapa bisa kalah ? wasitnya taeek, demikian sejumlah cacian yang
terdengar *seandainya Dowd mendengar*.
Menyalahkan wasit memang sudah menjadi tradisi di Indonesia,
dan itu memang sudah tidak bisa dihilangkan. Sehingga kalau Suarez dijatuhkan
tapi wasitnya tidak memberikan pelanggaran langsung keluar suara “oi sit!!”
yakali kalau teriak di depan Dowd juga dia gak bakalan ngerti, harusnya teriak
“ oi ref!!” mungkin dia akan berpaling.
Pekan kedua bertemu sang juara EPL musim lalu, Liverpool
bermain sangat baik dan harusnya layak memperoleh kemenangan. Gol heading
Skrtel dan freekick superkeren dari Suarez dibalas dengan dua gol “heng hengan”
dari Yaya dan Tevez. Nyesek men nyesek, penyakit seri masih belum bisa hilang
dari LFC. Omelan sudah mulai berkurang, karena serangan di twitter tidak se
sporadis pada pekan pertama. Alasan : “lawan juara musim lalu pek”
Pekan ketiga LFC menjamu Arsenal yang lagi galau karena
ditinggal dua pemain andalannya, dan lagi lagi LFC kembali menelan kekalahan.
Podolski dan Cazorla jadi aktornya, Anfield sudah tak angker lagi. Fans arsenal
di DEPAC CAFE pun bernyanyi “Fuck Off Van Persie, We have Podolski”
Sampai pekan lalu ketika nobar di Ozone, dua kali tiang dan
sejumlah peluang kembali menggagalkan kemenangan pertama LFC di EPL musim ini.
Penyakit tiang gawang yang sudah sangat kronis benar benar membuat saya geram.
Kenapa tidak ada angin yang membelokkan sedikit saja kedalam tendangan dari
glenjo dan Gerrard? Tuhan, ini sungguh tidak adil....... kami harusnya bisa
menang 3-1, tapi #ahsudahla
Seperti biasa, pada saat pertandingan semuanya sibuk
mengomentari taktik dari om Rodgers. Kenapa Shelvey gak diganti ama Sahin,
kenapa Downing gantikan Borini, kenapa bukan Suarez yang terlalu maruk? Sebelum
pertandingan lawan Sunderland, semuanya ngomel kenapa biasanya Suarez yang
disimpan ditengah. Kenapa bukan Borini? Borini kan CF murni? Mungkin karena om
Rodgers mendengar komentar kami, pada malam itu dia memasang Borini di tengah
diapit Suarez di kiri dan Sterling di kanan. Hasilnya Borini berhasil membuat 2
peluang, Sterling pun apik mengacak acak sektor kiri Sunderland. Tapi tetap
saja LFC yang kebobolan duluan, semuanya langsung ngomel menyalahkan Reina yang
tidak sigap memotong umpan silang tersebut. Meskipun akhirnya Suarez berhasil menyamakan kedudukan. Tapi
tetap saja nyeseknya luar biasa.
Setelah melihat taktik dari Rodgers, saya beranggapan bahwa
Suarez benar benar diberikan kebebasan untuk mengacak acak pertahanan lawan
dengan skill driblingnya yang “Dewa” tersebut. Itulah kenapa Suarez diletakkan
Rodgers di tengah, karena ketika di kiri terlihat jelas kalau Suarez tidak
bebas bergerak. Biarkan Rodgers menyempurnakan taktiknya dalam beberapa match,
dia masih muda dan pasti terus akan belajar.
Banyak hal positif yang kita dapatkan dari Rodgers, termasuk
dengan masuknya Sterling di starting eleven. Shelvey pun memiliki kesempatan
untuk menunjukkan bahwa dia bisa meneruskan Gerrard, bukan Hendo #ehhhh. Dengan
bergabungnya Assaidi dan Yessil, terlihat bahwa Rodgers sudah memiliki rencana
jangka panjang. Semoga dua bintang ini bisa bermain apik kelak.
Berikanlah Rodgers waktu, revolusi itu butuh proses dan
terkadang menyakitkan. Keep Support and always remember We’ll Never let Them
Walk Alone
No comments:
Post a Comment