Wednesday, September 19, 2012

REVOLUSI ITU BUTUH PROSES DAN TERKADANG MENYAKITKAN


Brendan Rodgers di daulat sebagai pengganti King Kenny yang dipecat oleh Owner setelah gagal membawa Liverpool meraih tiket ke Liga Champions *turnamen yang dimenangi Liverpool sebanyak 5 kali*, dengan reputasi sebagai pelatih “bergenre” tiki taka ala Barcelona. Meskipun sebenarnya tiki takanya om Rodgers ini Cuma sampai di tengah doang, tapi swansea berhasil menjadi tim yang ball possesionnya paling baik di EPL. Bahkan 2 pemainnya masuk sebagai pemain dengan pass akurasi tertinggi se eropa, yaap se eropa sodara sodara. 

Dengan reputasi yang demikian wajar jika supporter menaruh ekspekstasi yang tinggi kepada beliau. Mungkin banyak yang berharap Liverpool mainnya bisa mirip dengan *ehem* Barcelona, tim yang disebut sebut berasal dari luar angkasa. Main passing passingan dari bawahan sampai kedepan gawang lawan, kemudian mencetak banyak goal *seandainya Xavi, Iniesta, dan Messi bergabung LFC*

Tapi apa daya nasib berkata lain, pada pekan pertama Liverpool digilas WBA dengan skor telak 0-3. Seketika itu juga terpancar kesedihan dari wajah sejumlah pria berbaju merah yang pulang dari cafe champions. Permainan teka reki Rodgers dipatahkan dengan mudah oleh Steve Clarke yang merupakan assisten Kenny di musim kemarin. Mungkin banyak yang menyalahkan Phil Dowd atas kartu merah dan dua penalty misterius. Tapi diluar itu LFC memang tidak bisa berbuat banyak, gol cantik WBA pun tak kunjung berbalas sampai akhirnya Agger diusir keluar dan bencana dua penalti. Apa yang terjadi ? kenapa bisa kalah ? wasitnya taeek, demikian sejumlah cacian yang terdengar *seandainya Dowd mendengar*. 

Menyalahkan wasit memang sudah menjadi tradisi di Indonesia, dan itu memang sudah tidak bisa dihilangkan. Sehingga kalau Suarez dijatuhkan tapi wasitnya tidak memberikan pelanggaran langsung keluar suara “oi sit!!” yakali kalau teriak di depan Dowd juga dia gak bakalan ngerti, harusnya teriak “ oi ref!!” mungkin dia akan berpaling.

Pekan kedua bertemu sang juara EPL musim lalu, Liverpool bermain sangat baik dan harusnya layak memperoleh kemenangan. Gol heading Skrtel dan freekick superkeren dari Suarez dibalas dengan dua gol “heng hengan” dari Yaya dan Tevez. Nyesek men nyesek, penyakit seri masih belum bisa hilang dari LFC. Omelan sudah mulai berkurang, karena serangan di twitter tidak se sporadis pada pekan pertama. Alasan : “lawan juara musim lalu pek”

Pekan ketiga LFC menjamu Arsenal yang lagi galau karena ditinggal dua pemain andalannya, dan lagi lagi LFC kembali menelan kekalahan. Podolski dan Cazorla jadi aktornya, Anfield sudah tak angker lagi. Fans arsenal di DEPAC CAFE pun bernyanyi “Fuck Off Van Persie, We have Podolski”

Sampai pekan lalu ketika nobar di Ozone, dua kali tiang dan sejumlah peluang kembali menggagalkan kemenangan pertama LFC di EPL musim ini. Penyakit tiang gawang yang sudah sangat kronis benar benar membuat saya geram. Kenapa tidak ada angin yang membelokkan sedikit saja kedalam tendangan dari glenjo dan Gerrard? Tuhan, ini sungguh tidak adil....... kami harusnya bisa menang 3-1, tapi #ahsudahla

Seperti biasa, pada saat pertandingan semuanya sibuk mengomentari taktik dari om Rodgers. Kenapa Shelvey gak diganti ama Sahin, kenapa Downing gantikan Borini, kenapa bukan Suarez yang terlalu maruk? Sebelum pertandingan lawan Sunderland, semuanya ngomel kenapa biasanya Suarez yang disimpan ditengah. Kenapa bukan Borini? Borini kan CF murni? Mungkin karena om Rodgers mendengar komentar kami, pada malam itu dia memasang Borini di tengah diapit Suarez di kiri dan Sterling di kanan. Hasilnya Borini berhasil membuat 2 peluang, Sterling pun apik mengacak acak sektor kiri Sunderland. Tapi tetap saja LFC yang kebobolan duluan, semuanya langsung ngomel menyalahkan Reina yang tidak sigap memotong umpan silang tersebut. Meskipun akhirnya  Suarez berhasil menyamakan kedudukan. Tapi tetap saja nyeseknya luar biasa.

Setelah melihat taktik dari Rodgers, saya beranggapan bahwa Suarez benar benar diberikan kebebasan untuk mengacak acak pertahanan lawan dengan skill driblingnya yang “Dewa” tersebut. Itulah kenapa Suarez diletakkan Rodgers di tengah, karena ketika di kiri terlihat jelas kalau Suarez tidak bebas bergerak. Biarkan Rodgers menyempurnakan taktiknya dalam beberapa match, dia masih muda dan pasti terus akan belajar.
Banyak hal positif yang kita dapatkan dari Rodgers, termasuk dengan masuknya Sterling di starting eleven. Shelvey pun memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa dia bisa meneruskan Gerrard, bukan Hendo #ehhhh. Dengan bergabungnya Assaidi dan Yessil, terlihat bahwa Rodgers sudah memiliki rencana jangka panjang. Semoga dua bintang ini bisa bermain apik kelak.

Berikanlah Rodgers waktu, revolusi itu butuh proses dan terkadang menyakitkan. Keep Support and always remember We’ll Never let Them Walk Alone

No comments:

Post a Comment