Monday, September 17, 2012

ADDICTED TO LFC PART 1

Setelah sekian lama terbengkalai akhirnya dapat juga mood untuk ngetik bahan postingan di blog tercinta ini. Blog yang sebelumnya udah dipersiapkan untuk proyek spektakuler tapi malah macet total, semacet jeruju kalau lagi banyak truk yang ngantri solar subsidi. Setelah postingan beberapa hari saat yang lalu mengenai duit dan kegalauan, sekarang saatnya membahas “ My Favorite Football Club” Liverpool FC...... jengjeng

Liverpool FC, club yang memenangi 18 kali Liga Inggris, 5 kali Liga Champions, dan sejumlah trofi lainnya menjadi klub favorit saya semenjak jamannya Michael Owen ( yang katanya orang orang adalah Judas ). Setelah melihat goalnya kegawang Brazil di WC 2002, saya langsung mencari tau klubnya di majalah Bola karena ada om saya langganan majalah bola dan langsung klop sama LFC sejak pertemuan pertama. Yaap, love at first meet is great beibeh, not at first sight.

Ketika pertama kali nonton LFC di TV7 pada musim 2003/2004 ( sekarang udah jadi Trans7 kalo gak salah ), saat itu Owen masih duet sama Heskey ( pemain yang lebih hebat dari Lionel Messi menurut @heskeyheskey ) . Defendernya Carra dan Hyppia dilindungi oleh Didi Hamman ( pemain long shot paling keren setelah Gerrard dan Riise ). Gaya mainnya aneh, karena Carra dan Hyppia sama sama sering longpass dari bawah untuk ditujukan kepada Owen. Tapi itulah gaya klasik Inggris yang sebenarnya ( padahal Houiller itu orang Prancis ). Terus berharap adanya bola bola rebound, maklum tengahnya disesaki oleh para sniper elite : Gerrard, Hamman, Riise yang bisa menghujani gawang lawan dengan tembakan tembakan keras dan akurat ( tipe sniper yang sampai sekarang belum ada penerusnya ). Permainan pada masa Houiller yang menoton dan mudah dibaca membuat Liverpool tetap kesulitan menjuarai EPL, tapi tetap lolos ke UCL.

Sampai ketika Owen pindah ke Madrid karena dia beranggapan bahwa di Liverpool dia akan sulit untuk merasakan gelar juara Liga Champions meskipun akhirnya #ehem Liverpool memenangi Liga Champions yang kelima kalinya setelah dengan dramatis mengalahkan Milan lewat adu penalti. Dari sinilah lahir chant yang melegenda , “ In Istanbul, we won it five time” dan juga menjadi olokan dari supporter lainnya, yeah “ WON” = lampau dan sampai akhirnya dijuluki History FC.

Meskipun Michael Judas Owen pindah, saya tetap menyukai LFC. Meskipun saya sering stalking kondisi dia di Real Madrid dengan membaca berita bola. Entah bagaimana saya bisa suka dengan klub ini, yang padahal jelas jelas gak pernah juara EPL, mainnya gak sekeren AC Milan atau Arsenal pada masa Henry. Kalau sekarang mungkin kita bisa tau dengan gampang sejarah sejarah klub, hanya dengan googling semua informasi bisa didapat. Tapi ketika saya masih SMP, warnet di Sanggau belum ada, kalau onlen meski pakai telkomnetinstan diall ke 080989empat kali yang kecepatannya mungkin setara dengan larinya Carragher sekarang alias lambat.

Sebagai generasi sebelum era speedy dan telkomflash saya bangga dengan kisah cinta antara saya dan LFC. Dulu tidak ada wikipedia yang bisa dengan gampangnya menjelaskan sejarah klub lengkap dengan legenda legendanya, saya harus menunggu tiap hari selasa dan jum’at untuk membeli majalah Bola demi melihat analisa pertandingan atau berharap dapat bonus poster yang ada pemain LFC nya. Dari situlah saya bisa tau kalau LFC menjuarai Liga Inggris 18 kali, karena biasanya didalam ulasan ulasan Bola ada diselipkan info info dan flashback kemasa lampau. Saya harus mengakui kalau saya baru tau dengan lengkap sejarah Liverpool adalah sejak saya kuliah pada tahun 2009, bahkan Kenny Dalglish dan Bill Shankly beserta sejumlah nama besarnya saya baru tau pada tahun 2009 ( Supporter macam apa saya ini ). Saya hanya kenal pemain yang pernah saya tonton dari rentang 2003 – sekarang.
Bencana datang ketika TV7 membuat EPL hanya bisa disaksikan di kota kota besar yang menggunakan antena. Ketika itu juga saya tidak bisa menonton Liverpool main di EPL kecuali kalau main di Liga Champions. Itupun jarang disiarkan, sampai ke babak 16 besar barulah saya bisa nonton Liverpool main di RCTI. Kenapa gak streaming aja??? YAKALI STREAMING PAKAI TELKOMNET, YOUTUBE AJA BELOM ADA NDE NDEEE, ADOBE FLASHPLAYER MUNGKIN MASIH DIDALAM KANDUNGAN........

Untungnya orang rumah berlangganan banyak koran lokal, mulai dari Equator, AP Post, sampai kapuas post ( Tribun yang sekarang katanya terbesar belum ada ding ). Jadi begitu baca koran mulainya bukan dari depan, tapi langsung buka kebelakang yang halaman ada halaman bolanya ( berasa baca komik jepang ). Kalo sekarang si era twitter hanya perlu beberapa menit bagi si om @detikcom untuk ngasi review pertandingan, dan kita yang gak nonton bisa dapat review gak nyampai sejam. Bahkan ada yang livetweet.

Dulu kalau Liverpool ada main malamnya, jam setengah 6 saya udah bangun untuk nonton Lensa Olahraga di ANTV atau Liputan 6 jam 6nya. Dulu acara favorit itu Spirit football di metro atau Total football di antv. Kalau mau liat cuplikan gol dari semua liga harus mau bersabar selama seminggu, sekarang mah tinggal download atau subscribe channelnya MostarLFC di yutub.

Dibalik susahnya mendapatkah informasi tentang Liverpool, disitulah ternyata saya benar benar sudah jatuh cinta kepada klub ini. Saya sendiri susah menjelaskan alasannya, tapi saya suka sama Liverpool FC..... to be continued * terlalu panjang kisah cintaku dengan LFC :-p*

No comments:

Post a Comment