Friday, May 30, 2014

Season Review : Lucas Leiva

Lucas Leiva baru saja membuat heboh twitter ketika dia mengirim direct message kepada salah satu followernya di twitter yang membuat jokes tentang dirinya. Saya tidak akan membahas mengenai pemasalahan tersebut, seburuk buruknya peforma Lucas dia tetaplah statusnya masih pemain Liverpool dan tidak ada alasan untuk menjelekkannya meskipun mungkin peformanya agak kurang memuaskan.

Lucas kesulitan mendapatkan tempat di skema baru Liverpool pada musim ini di karenakan Rodgers telah mengubah Gerrard menjadi Deep-playmaker yang membuatnya butuh pelindung yang mobile untuk melakukan pressing terhadap lawan bukan seorang enforcer yang melakukan tekel dan intersep terhadap lawan. Jika di musim lalu Lucas masih bermain di belakang Gerrard untuk melindungi ke empat backfour ketika melakukan serangan maka di musim ini Liverpool tidak membutuhkan seorang anchorman setelah sang kapten menempati posisi barunya yang hampir sejajar dengan bek tengah. Henderson menjadi saingan utama Lucas untuk bersaing menempati slot di sektor tengah ditambah sembuhnya Joe Allen membuat ayah Pedro ini harus berjuang keras untuk menembus starting line up Liverpool.

Jumlah rataan tekel dan intersep Lucas pun jauh menurun dibandingkan dengan musim lalu setelah Liverpool mengalami perubahan skema musim ini, tercatat menurut whoscored.com tekel dan intersep Lucas pada musim 2012/2013 adalah 4,7 dan 2,5 yang kemudian turun menjadi 3,3 dan 1,9 di musim 2013/2014 padahal Liverpool adalah tim dengan rataan tekel paling banyak di EPL musim ini. Jadi kini Brendan tidak menuntut seorang gelandang untuk melakukan tekel tapi harus rajin melakukan pressing karena sadar duet bek tengahnya tidak ada yang melindungi jika pemain kreatif lawan dibiarkan berlama lama menahan bola.

Beruntunglah Lucas karena Brendan Rodgers sering berganti ganti formasi jadi dia tetap kebagian "jatah" untuk main meskipun kadang harus menunggu pemain lain absen. Ketika Gerrard absen di penghujung tahun Lucas mengisi slot tengah bersama Allen dan Henderson dan hasilnya tidaklah terlalu buruk bahkan sempat menghajar Spurs 5-0 di White Heart Line. Walaupun sempat merasakan dua kali kalah beruntun dari Chelsea dan Manchester City tapi lini tengah Liverpool tidak menjadi bulan bulanan Yaya Toure dan kawan kawan seperti tim tim lainnya.

Ketika Henderson harus absen 3 laga akibat kartu merah Lucas pun harus harus mengisi slot yang ditinggalkannya di saat saat yang krusial di mana Liverpool sedang berjuang untuk meraih gelar EPL pertamanya. Namun Lucas dinilai tak cukup baik untuk menggantikan Henderson dan dianggap gagal melindungi backfour Liverpool. Sebenarnya Lucas tidak bermain buruk, tapi karena dia ditempatkan di posisi baru membuatnya belum sempat beradaptasi ditambah lagi Jordan Henderson yang tampil sangat baik sepanjang musim membuat peforma Lucas yang sebenarnya standar terlihat buruk.

Musim telah berakhir dan isu Lucas bakal dijual kembali berhembus, kali ini Inter Milan dikabarkan meminatinya untuk bermain di Serie-A. Terlepas dari kesulitannya beradaptasi dengan skema baru Brendan, Lucas pernah menjadi pemain terbaik Liverpool dan begitu merindukannya ketika dia mengalami cedera di musim 2011/2012. Hey Lucas, I still love your tacke

Season Review : Daniel Sturridge

Apa jadinya jika Sturridge tidak mencetak 3 gol penentu kemenangan di 3 laga awal musim ini? Sulit membayangkan di peringkat berapa Liverpool akan berada sampai EPL musim 2013/2014 usai tanpa 3 kemenangan krusial tersebut, hasil yang sempat membuat Liverpool memimpin klasemen untuk beberapa minggu sebelum akhirnya kembali dikudeta oleh Arsenal. Sturridge menjadi juruselamat dan membuat orang lupa kalau saat itu Liverpool masih punya satu striker yang masih menjalani masa skorsing akibat ulah jahilnya di akhir musim 2012/2013.

Kembalinya Suarez dari masa skorsing sempat memunculkan isu kalau keduanya akan sulit saling berbagi karena diperediksikan akan sama sama ngotot untuk mencetak gol. Namun ternyata semua prediksi tersebut meleset, laga melawan Sunderland menjadi bukti sahih bahwa dua striker haus gol bisa saling bekerja sama untuk memenangkan timnya. Catatan 7 assist yang semuanya berasal dari open play menunjukkan bahwa Sturridge tidak semaruk yang orang katakan, dia adalah striker terbaik yang dimiliki oleh Inggris saat ini.

Mencetak 21 gol serta 7 assist semusim di liga terkompetitif di dunia tentu bukanlah hal yang mudah dan Sturridge berhasil melakukan pekerjaan tak mudah itu. Selebrasi dansa ciri khasnya telah mewarnai musim luar biasa Liverpool, kini tidak ada yang meragukan lagi kapasitasnya sebagai salah satu striker yang menakutkan di EPL (lebih baik dari Welbeck tentunya). Meskipun golnya di laga melawan Crystal Palace dianggap sebagai own goal bek lawan, FA tetap saja gagal membuat duet maut Liverpool gagal menjadi pimpinan daftar pencetak gol karena pada match terakhir Sturridge berhasil mencetak gol ke gawang Newcastle.

Sturridge terkadang memang agak menyebalkan karena sering berlama lama menahan bola di kakinya yang kadang kadang malah direbut oleh lawan sehingga ketika nobar di Cafe Raja sampai ada yang berteriak "WOY, PASSING LAH WOY". Tapi hey dia mencetak 21 gol, sudah lama sekali tidak ada striker Liverpool yang mencetak diatas 20 gol selain Suarez di musim lalu dan dia berharga 12 juta pounds, bukan 35 apalagi 50.

Sturridge kini bakal menjadi andalan utama Hodgson di Piala Dunia Brazil dan kita berharap tidak ada cedera yang menerpanya karena pemain nomor punggung 15 ini kerap mengalami cedera setelah membela timnas, entah apa yang dilakukan Roy Hodgson terhadap para pemainnya sehingga selalu ada saja yang membawa cedera ketika kembali ke klubnya masing masing. Setelah menunaikan tugasnya membela Inggris kita berharap dansa khasnya akan selalu terlihat di setiap laga musim depan karena Liverpool akan berlaga di empat kompetisi dan membutuhkan lebih banyak gol dari dirinya.

Tuesday, May 27, 2014

Season Review : Steven Gerrard

Gerrard untuk yang ketiga kalinya merasakan betapa pahitnya menjadi yang kedua, ironis memang meskipun selalu menjadi nomor satu di hati Alex Curran, Gerrard seperti tak berdaya untuk menjadi nomor satu di Liga Inggris. Di musim 2013/2014 ini kapten Timnas Inggris untuk Piala Dunia 2014 kembali merasakan pahitnya menjadi runner up setelah sebelumnya merasakan hal yang sama di musim 2001/2002 dan 2008/2009. Gerrard seperti seolah olah tak diijinkan untuk mencium trofi EPL, dia hanya dibolehkan untuk mencium FA Cup, Carling Cup, UEFA Cup, Champions League, dan *ehem* "kamera".

Di usianya yang sudah menginjak 33 tahun Gerrard dimainkan Rodgers sebagai deep playmaker, sebuah posisi baru bagi sang suami Alex Curran tentunya setelah sebelumnya dimainkan sebagai pemain di belakang striker oleh Rafael Benitez. Gerrard kini menjadi pengatur tempo permainan Liverpool sehingga kita tidak akan lagi melihat dia melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti seperti beberapa tahun lalu, kini Stevie-G bermain sejajar dengan dua bek tengah atau bahkan kadang lebih dalam lagi. Posisi yang menuntut intelegensi tinggi dan Gerrard sukses menjalankan tugasnya dengan baik sebagai deep-Playmaker, meskipun kesuksesannya menempati posisi baru tersebut ternoda oleh insiden terpelesetnya yang membuat Demba Ba berhasil mencetak gol dan memperkecil peluang Liverpool untuk menjadi juara meskipun pada akhirnya memang gagal juara.

Tak mudah bermain di posisi seperti Gerrard musim ini, Pirlo yang merupakan pelopor istilah "fake regista" pun mengakui kejeniusan Gerrard yang berhasil memainkan dengan baik peran barunya. Karena posisinya yang sangat berbahaya jika kehilangan bola itulah kenapa Rodgers selalu memainkan Henderson untuk mengcover Gerrard agar lebih leluasa mengatur tempo permainan dan ketika 3 laga tanpa Henderson terlihat bahwa Gerrard kesulitan untuk mengatur permainan karena Lucas yang menggantikan peran Henderson bermain statis tidak mobile untuk melakukan pressing terhadap lawan.

Gerrard kini tidak lagi melepaskan longball diagonal seperti musim lalu di mana Enrique ataupun Glen Johnson harus bersiap untuk menerima bola di sisi lapangan, taktik Rodgers musim ini mengharuskan Gerrard lebih jeli ketika melapaskan umpan karena harus memaksimalkan peluang untuk mencetak gol. Dengan tidak terlalu banyak bergerak di lapangan stamina Gerrard pun bisa optimal selama 90 menit karena lebih menggunakan intelejensinya dibandingkan speed and power.

Dengan bermain semakin di dalam berarti kesempatan untuk menciptakan gol lewat open play pun otomatis semakin mengecil, namun Gerrard tak kehabisan akal untuk memberikan kontribusi untuk Liverpool. Set pieces menjadi senjata mematikan milik Liverpool musim ini dan Gerrard adalah aktor dibalik ketajaman The Reds lewat skema set piece. Gerrard seolah menunjukkan kepada orang lain bahwa dia juga bisa seperti David Beckham yang begitu terkenal dengan tendangan melengkungnya, sehingga ada yang mengatakan bahwa nama panggilan Gerrard sudah berubah menjadi Setpieces-G karena kemampuannya setpiecesnya yang luar biasa di musim ini.

Meskipun kembali hanya menjadi yang kedua, setidaknya Gerrard telah mencapai targetnya di awal musim yang menargetkan Liverpool finish di empat besar. Dan musim depan Gerrard harus menularkan mental Eropa miliknya kepada rekan rekannya yang belum pernah merasakan atmosfer di UCL. Sebagai pemain paling senior yang sudah pernah merasakan dua kali final sudah layak dan sepantasnya jika Gerrard menjadi pemimpin bagi rekan rekannya yang mungkin belum pernah mendengarkan anthem Liga Champions secara langsung sebagai pemain.

Saturday, May 24, 2014

Season Review : Luis Suarez just can't get enough

Suarez harus melewatkan lima laga awal EPL bersama Liverpool akibat skorsing yang dijatuhkan FA setelah tertangkap basah menggigit Ivanovic dan seluruh pendukung Liverpool harap harap cemas menantikan comebacknya, apalagi Liverpool "hanya" mampu mencetak 5 gol di laga awal dimana 4 diantaranya di cetak oleh Daniel Sturridge. Liverpool jelas sangat membutuhkan Suarez terlepas dari isu transfernya ke Arsenal yang bahkan om John W.Henry sampai ikut ngetweet tentang rumor transfernya pada saat itu.

Debut Suarez di EPL musim ini adalah pada saat Liverpool bertandang ke Stadium of Light dan dia sukses mencetak dua gol yang khusus dipersembahkannya untuk putranya Benjamin yang baru lahir beberapa hari sebelumnya. Setelah itu Suarez terus berkontribusi untuk gol Liverpool entah itu lewat assist atau lewat gol langsung, puncaknya tentu saja ketika dia meluluhlantakkan John Ruddy lewat 4 gol dan 1 assist yang lantas membuatnya memecahkan sejumlah rekor.

Pada akhirnya Suarez memang gagal membawa Liverpool untuk menjuarai Liga meskipun dirinya menjadi top skor dengan 31 gol dan juga menjadikannya sebagai pemain tersubur di Eropa bersama Cristiano Ronaldo, namun kerja keras dia dan rekan setimnya telah berhasil mengejutkan publik dan jika masih berseragam Liverpool musim depan maka Suarez akan merasakan atmosfer European Night di Anfield yang sangat terkenal itu.

Rodgers berhasil mengubah Suarez menjadi lebih ganas di depan gawang namun tidak pernah "nakal" lagi di lapangan sehingga dia berhasil melewati 33 laga di EPL musim ini tanpa ada skorsing sedikitpun. Suarez tak hanya menjadi pencetak gol, tapi juga memberikan sejumlah assist kepada rekan rekannya (catatan 12 assist untuk seorang penyerang tentu saja catatan yang luar biasa). Suarez kini sudah percaya kepada Sterling, tidak seperti musim lalu di mana dia akan terus menggocek bola di lapangan meski ada rekannya yang sudah berada di posisi bebas meskipun sebenarnya harus dimaklumi karena kedua rekannya adalah Stewart Downing yang kita sendiri tahu kualitas finishingnya seperti apa sementara Sterling belum seperti sekarang.

Tangisan Suarez di laga melawan Crystal Palace menunjukkan bahwa dia sangat merasa kecewa karena gagal membawa Liverpool menjuarai Liga, kecintaannya terhadap Liverpool sudah tidak perlu diragukan lagi meskipun kadang kadang statementnya ketika pulang ke Uruguay sering membuat gempar twitter. Terlepas dari wawancara yang sering menuai kontroversi saya percaya Luis sangat mencintai Liverpool, pertanyaan pertanyaan menjebak dari wartawan lah yang sering membuat suasana menjadi keruh. Hal tersebut tentu saja harus kita maklumi, media perlu drama untuk menaikkan berita mereka jadi semuanya tergantung kita yang menilai pemain itu sendiri bukan hanya bergantung dari akun akun berita yang terpercaya ataupun tak terpercaya sama sekali.

Jikapun nanti Suarez pindah saya tidak akan kecewa, bagi saya perjuangannya untuk membawa Liverpool kembali ke Liga Champions sudah menjadi bukti bahwa dia tidak pernah berpura pura mencintai klub ini. Ayah Delfina telah masuk ke dalam deretan striker terbaik yang pernah membela The Reds bahkan sampai Fowler mengatakan bahwa Suarez membuat striker Liverpool sebelumnya terlihat average karena skill yang dimiliki dan gol gol yang di cetak olehnya.

Suarez mendapatkan penghargaan PFA Player of The Year di penghujung musim karena FA akhirnya tidak punya alasan untuk tidak mengakui kehebatannya, 31 gol dan 12 assist sudah menjadi bukti sahih betapa "sakti"nya peforma Suarez musim ini di kancah Liga Inggris. Dengan raihan seperti itu wajar jika kemudian Suarez menjadi incaran sejumlah klub kaya raya. Kini tinggal bagaimana cara Liverpool agar Suarez bisa bertahan karena Liverpool juga punya nila tawar yang sama yaitu Main di Liga Champions.

Friday, May 23, 2014

Season Review : Raheem Sterling

Bocah keturunan Jamaica asal akademi Queen Park Rangers berhasil memikat Roy Hodgson sehingga membuat namanya berada di daftar pemain yang bakal berangkat ke Brazil untuk memperkuat timnas Inggris yang mempunyai misi untuk meraih gelar Piala Dunia untuk yang kedua kalinya. Nama bocah tersebut adalah Raheem Sterling, meskipun dengan statusnya yang sudah memiliki anak di mana mana sehingga sebenarnya sudah tidak bisa dipanggil bocah lagi namun teman saya tetap keukeuh memanggilnya dek Sterling (sebut saja nama teman saya bunga).

Sterling di musim 2012/2013 belum menunjukkan bahwa dirinya bakal menjadi penghuni timnas Inggris karena masih terbatas sekedar lari lurus ke depan untuk menghasilkan sepak pojok, bukan assist atau gol. Mungkin sebagian penonton pasti geram ketika melihat Sterling membawa bola di sisi lapangan yang berujung corner atau lemparan kedalam, terlebih serangan set piece Liverpool pada saat itu bisa terbilang menyedihkan, belum segarang musim ini.

Sterling melebihi harapan Rodgers yang sekedar memainkannya agar Ibunya tidak merengek dan memintanya pindah klub, ternyata malah menjadi salah satu tumpuan di skema counter attacknya Liverpool ketika melawan tim tim yang bermain high-line defence seperti Arsenal dan Southampton. Apiknya peforma Sterling membuat Rodgers berdosa besar karena terpaksa harus membangkucadangkan seorang Nabi yang bisa membelah laut namun kesulitan membelah pertahanan tim lawan (baca : Moses). Bukan hanya Moses, bahkan the Sweet number Nine Iago Aspas pun terpaksa hanya turun di FA Cup karena gagal bersaing mengisi pos depan Liverpool.

Kini tidak ada lagi jokes yang mengatakan bahwa Sterling memiliki jumlah anak yang lebih banyak dibanding dengan golnya, semuanya bungkam dan harus mengakui kalau dia adalah pemain masa depan Inggris. Tidak ada media yang berani mempermasalahkan penalti Liverpool yang didapatkan oleh Sterling, semuanya baik baik saja kecuali penalti itu dihasilkan oleh Luis Suarez.

Sterling kini tak lagi sekedar lari lurus untuk mendapatkan corner, dia sudah bisa menusuk ke dalam kotak penalti entah itu dari sayap kanan atau sayap kiri. Rodgers bahkan pernah memainkan Sterling di belakang Suarez dan Sturridge yang menunjukkan bahwa Sterling sudah dipercaya untuk menahan bola lama lama di lapangan tengah seperti layaknya Coutinho.

Dengan talenta besar yang dimilikinya mulai sekarang Sterling harus bisa meredam ego dan siap bekerja secara tim dengan rekan rekan lainnya agar bisa terus berkembang di bawah asuhan Brendan Rodgers. Sterling memiliki stamina yang sangat prima dan diharapkan dia bisa menjaga dirinya agar jauh dari cedera sehingga tidak bernasib sama seperti senior terdahulunya Michael Owen.
Future is Bright !!!

Thursday, May 22, 2014

Season Review : Jordan Henderson

Musim 2013/2014 menjadi pembuktian dari seorang Jordan Henderson bahwa dia adalah salah satu kunci utama taktik Brendan Rodgers, total Henderson bermain sebanyak 35 kali dan itupun minus tiga laga karena akumulasi kartu merah yang diterimanya ketika menghadapi Manchester City. Tercatat Henderson telah bermain di 6 posisi yang berbeda menurut whoscored.com, meskipun lebih seringnya bermain di gelandang tengah tepat di depan Gerrard yang berposisi sebagai deep playmaker.

Henderson mungkin tidak memiliki skill playmaking seperti Wilshere ataupun tendangan sekeras Ross Barkley, tapi dia unggul dalam hal covering area. Pemain akademi Sunderland ini berhasil membuat Gerrard lebih tenang ketika sedang mengatur serangan. Bukan hanya itu, Henderson kadang kadang pun menutupi lubang yang ditinggalkan oleh Glen Johnson. Semangat dan staminanya patut diacungi jempol, dia adalah peninggalan berharga yang dimiliki oleh Inggris di era sepakbola modern ini.

Hendo didatangkan oleh King Kenny bersamaan dengan Charlie Adam dan Stewart Downing di awal musim 2011/2012 dan kini hanya dia yang tersisa di Anfield. Sempat diisukan bakal ditukar dengan Clint Dempsey di awal kepelatihan Rodgers, Henderson malah menunjukkan peforma yang menanjak menjelang akhir musim sehingga isu penjualannya hilang ditelan bumi.

Hendo absen di tiga laga krusial menjelang berakhirnya kompetisi Liga Inggris dan harus diakui lini tengah Liverpool begitu merasakan kehilangan dirinya sama seperti ketika kehilangan Lucas akibat cedera. Di tiga laga tanpa Henderson tersebut Liverpool masing masing menang, seri, dan kalah sekali. Tak hanya itu, Liverpool bahkan kebobolan tujuh gol di tiga laga tersebut termasuk 2 gol ketika melawan Norwich yang selama beberapa tahun belakangan ini selalu menjadi lumbung gol anak asuh Rodgers.

Tanpa Henderson tugas Gerrard menjadi lebih berat karena dia juga harus menutupi lubang yang ditinggalkan oleh Lucas akibat terlalu sering out of position. Jika ada Henderson maka Gerrard bisa lebih berkonsentrasi mengatur serangan dari bawah karena merasa ada yang melindunginya. Hendo menjadi salah satu kunci dari taktik baru Rodgers di musim 2013/2014 di mana dia memainkan Gerrard lebih ke dalam sejajar dua bek tengah (bahkan kadang kadang lebih dalam dari ke bek tengah). Tanpa Hendo Liverpool sulit untuk melakukan pressing di lini tengah dan sangat rentan ketika di counter, laga melawan Crystal Palace menjadi bukti.

Melihat progress Henderson tidak salah jika kemudian Roy Hodgson memanggilnya untuk membela Inggris di Piala Dunia, dia layak mendapatkan kesempatan tersebut. Mimpinya untuk masuk ke timnas telah terwujud bersama Liverpool, sekarang tinggal bagaimana caranya supaya dia bisa meraih gelar bersama Liverpool dan bersaing di kancah Eropa musim depan.

Season Review : Martin Skrtel

Kedatangan Kolo Toure secara gratis dari Manchester City di awal musim sempat membuat isu bakal hengkangnya Skrtel dari Anfield semakin mencuat terlebih setelah Rafael Benitez mengatakan ketertarikannya untuk reuni di Napoli. Meskipun sempat dipinggirkan Rodgers di akhir musim 2012/2013 pada akhirnya mantan pemain Zenit ini tetap bertahan di Liverpool dan isunya hilang bersama butiran debu di Gurun Sahara. Dengan peforma yang bisa dibilang buruk di musim lalu, pemilik nomor punggung 37 ini diprediksikan hanya akan menjadi pemanis bangku cadangan terlebih setelah Rodgers resmi mendatangkan Mamadou Sakho dan Tiago Illori.

Dua laga awal Rodgers memainkan duet Daniel Agger dan Kolo Toure sebagai bek tengah, prediksi kalau SKrtel hanya akan menjadi butiran debu pun tampaknya bakal menjadi kenyataan apalagi duet ini berhasil menjaga clean sheet di dua laga awal tersebut. Sampai pada akhirnya Liverpool akan menjamu sang juara bertahan Manchester United di Anfield 1 September tahun lalu dan apesnya Kolo Toure mengalami cedera sehingga mau tidak mau Brendan harus memainkan Martin Skrtel karena Sakho dan Illori baru saja datang jadi tidak mungkin memainkan pemain baru di laga krusial seperti saat itu. Pemain timnas Slovakia ini ternyata berhasil membayar tuntas kepercayaan yang diberikan oleh sang pelatih kepadanya, Skrtel berhasil membuat Van Persie terlihat tak ubahnya seperti striker medioker sekaligus berhasil mengamankan gawang Mignolet.

Setelah laga melawan Manchester United tersebut Skrtel tak tergusur dari line up Brendan dan selalu tampil sampai akhir musim di pentas EPL, dia membayar dengan baik kepercayaan yang diberikan kepadanya. The Slovak Hero telah mencetak 11 gol musim ini yang mana 7 diantaranya kegawang lawan sedangkan sisanya malah bersarang di gawang Mignolet. Skrtel menjadi senjata utama di set pieces Liverpool dan Arsenal adalah korban yang merasakan dua kali dibobol oleh Skrtel lewat skema set pieces.

Meskipun tercatat empat kali melakukan own goal, Skrtel ternyata mendapatkan gelar Defender of the Season dari situs whoscored.com
Catatan clearancesnya yang luar biasa memukau membuatnya layak mendapatkan gelar pemain bertahan terbaik di EPL meskipun kebobolan Liverpool agak memprihatinkan, Skrtel adalah salah satu pejuang yang berhasil membawa Liverpool kembali ke UCL musim depan dan sempat memimpin klasemen sementara sebelum akhirnya disalip Manchester City.

Skrtel berusaha keras untuk menembus skuad LFC, dia memiliki kekurangan dan mungkin tak sebagus Cahill dalam hal bertahan dan melindungi gawangnya tapi dia memiliki kelebihan lain yaitu mencetak gol. Menjadi alternatif serangan dari Liverpool di saat strikernya buntu adalah jatahnya, sesuatu yang tak dimiliki oleh Kolo Toure dan Sakho dan wajar jika dia menjadi pilihan utama Liverpool di lini belakang musim ini. Setelah melihat peformanya, sudah layak dan sepantasnya jika Skrtel bertahan untuk musim depan demi memperdalam skuad untuk berlaga di empat ajang sekaligus

Monday, May 19, 2014

Progress Luar Bisa Brendan's Army

Liverpool telah mengakhiri musim 2014/2015 dengan pencapaian yang luar biasa, berhasil menjadi runner-up dengan mengumpulkan 84 poin tentu bukanlah hasil yang biasa saja bagi tim yang hanya menargetkan empat besar di awal  musim. Liverpool berhasil menjadi juara di hati para pendukungnya di seluruh dunia, entah bagaimana rupa dari medali dari pihak pengurus hati pendukungnya saya tidak tahu. Dua striker Liverpool berada di urutan teratas pencetak gol di kancah Liga Inggris dan bahkan dua pemainnya juga memuncaki daftar top assist, jadi tidak ada alasan untuk mengatakan Liverpool gagal di musim ini. Kegagalan Liverpool hanya satu, mereka gagal menjuarai Liga Inggris :)

Berhentilah membicarakan tentang betapa buruknya pertahanan Liverpool di musim ini, mari kita bahas mengenai hal hal positif yang terjadi di sepanjang musim ini di mulai dari pencapaian peringkat. Brendan Rodgers telah membawa Liverpool ke arah yang benar, anak kecil pun pasti tahu bahwa perubahan peringkat dari tempat ketujuh menjadi tempat kedua adalah perkembangan yang sangat signifikan meskipun Shankly mengatakan "if you are second you are nothing". Liverpool bahkan bisa finish di atas Chelsea yang katanya dilatih oleh salah satu manager terbaik dunia yang juga merangkap part time supir bus, sungguh luar biasa jika membandingkan total belanja antara Rodgers dan Mourinho dengan keberhasilan mereka menyelesaikan liga. Jika peringkat kedua saja "Nothing" lantas kita menyebut apa mereka yang berada di peringkat ketiga? (jangan bahas bahas peringkat ketujuh, karena peringkatnya terlalu jauh untuk dibicarakan)

Luis Suarez berhasil menjadi monster yang sangat menakutkan bagi penjaga gawang lawan, bukan sekedar menakutkan bagi Ivanovic. Musim ini dia mencetak 31 gol dari total 33 penampilannya dibandingkan dengan 23 gol dari 33 pertandingan di musim sebelumnya. Suarez tidak pernah absen sekalipun selain dari hukuman yang diterimanya di penghujung musim lalu dari akibat menggigit Ivanovic karena pantatnya terlalu bohay untuk ukuran pemain sepakbola. Suarez tidak hanya menjadi pencetak gol tapi dia juga bersedia membagi bagi gol kepada rekan lainnya, terbukti dengan 12 assist yang diperolehnya musim ini setelah musim lalu sibuk mencari gol sehingga hanya mencatatkan 5 assist. Tidak ada alasan lagi bagi FA untuk menyatakan Dany Wellbeck ataupun Wickham lebih baik dari Suarez di musim ini sehingga akhirnya El Pistolero berhasil mendapat PFA Player of The Year.

Daniel Sturridge berhasil mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Suarez di lima laga awal dan menunjukkan bahwa dirinya adalah striker terbaik Inggris saat ini. Sturridge telah mencetak 21 gol dan 7 assist dari 29 penampilannya musim ini cukup menunjukkan bahwa 12 juta pound bukanlah sebuah perjudian seperti yang dikatakan oleh kakek tua asal Scotland. Meskipun terkadang maruk dan agak menyebalkan, Sturridge telah membuktikan bahwa Chelsea salah besar telah menjualnya.

Apa kabar kapten kita, Slip-G ? Terpeleset di laga krusial dan membuatnya seolah menjadi salah satu aktor utama penyebab Liverpool gagal menjuarai Liga musim ini, orang bahkan lupa Gerrard adalah top assist di EPL musim ini dengan 13 assist. Gerrard menjadi master Set pieces di tanah Inggris saat ini, 13 assistnya ternodai oleh terpeleset yang hanya sekali. Saya tidak akan lupa dengan umpan terobosannya ketika Liverpool menang 2-3 di kandang Fulham, visi yang sempurna untuk seorang pemain berumur 33 tahun yang baru kali ini bermain sebagai deep playmaker. Mungkin lebih tepat jika panggilan Gerrrard untuk saat ini adalah SetPieces-G.

Jordan Henderson dan Raheem Sterling menjadi pemain yang paling berkembang di musim ini, keduanya bahkan berangkat ke Brazil dibawah sang pelatih legendaris Roy Hodgson. Henderson menjadi pemain ketiga setelah Mignolet dan Skrtel yang terus menjadi andalan Rodgers di musim ini dengan 35 caps di EPL. Sedangkan Sterling bersinar sehingga bahkan Januzaj memutuskan untuk membela Belgia karena takut hanya akan menjadi pembantu jika dia memilih Inggris. Raheem mencetak 9 gol dan 5 assist di musim ini, dia adalah top scorer ke empat Liverpool. Dan jika ada yang mengatakan Wilfred Zaha lebih baik dari Sterling maka anda boleh memuntahkan minuman di depan mukanya.

Di lini belakang Martin Skrtel berhasil menjadi bek tersubur dengan torehan 7 gol ke gawang lawan dan 4 gol ke gawang sendiri, Skrtel menjadi andalan Rodgers di musim ini setelah sempat menjadi pemanas bangku cadangan di akhir musim akibat bermain buruk di FA Cup. Terlepas dari buruknya pertahanan Liverpool, Skrtel telah menjadi monster set pieces yang menakutkan pertahanan lawan.

Liverpool telah berkembang dengan pesat, tidak ada alasan untuk kecewa dengan peforma mereka di musim ini. Come on you redsmen !!!!!

Friday, May 2, 2014

Rapuhnya Pertahanan Brendan's Army

Mungkin sampai detik ini masih banyak yang tidak percaya kalau Liverpool bisa berada di puncak klasemen EPL dengan 80 poin dari 36 pertandingan, apalagi jika melihat skuad yang tidak jauh berbeda dengan musim sebelumnya. Dari penghuni starting hanya Mignolet dan Mamadou Sakho yang merupakan pemain baru, sisanya adalah "bekas" skuad yang finish di peringkat 7 musim lalu. Nama nama seperti Skrtel, Glenjo, Gerrard, Allen, Lucas, Coutinho, Sterling, Suarez, dan Sturridge sudah ada sejak musim kemaren. Namun hasil yang diraih tentu saja sangat berbeda dengan musim lalu, jika musim lalu Liverpool hanya mampu mengumpulkan 61 poin dan mencetak 71 gol maka di musim ini anak asuh Brendan Rodgers ini sudah mengumpulkan 80 poin dan mencetak 96 gol, perkembangan yang begitu signifikan di sektor serangan. Duet SaS bahkan menyumbang 50 gol dengan rincian Suarez 30 sementara Sturridge 20, menjadikan duet ini menjadi duet paling maut di tanah Britania.

Perkembangan yang signifikan di lini serang ternyata tak diimbangi oleh lini pertahanan, Liverpool telah kebobolan 46 gol, terburuk di antara para penghuni Big Four dan bahkan lebih buruk dari Manchester United yang ada di peringkat ke 7. Brendan memang berhasil meningkatkan daya gedor lini depan LFC tapi dia masih belum berhasil membenahi pertahanannya. Memang jika melihat perolehan poin musim ini tidak ada alasan untuk mempedulikan pertahanan Liverpool, namun karena keadaan perburuan gelar juara EPL kini, sekarang Brendan boleh menyesal kenapa anak buahnya bisa dengan gampangnya membiarkan 3 gol bersarang ke gawang Mignolet ketika menang atas Stoke, Swansea, dan Cardiff City.

Saya tidak berani membahas persaingan selisih gol dengan Manchester City, saya hanya mencoba membandingkan pertahanan Liverpool musim ini dan musim kemaren. Musim lalu shots conceded Liverpool adalah 11.4 pergame, sementara di musim ini 12.9 pergame. Bahkan Liverpool berada di urutan ke 9 tim yang gawangnya paling jarang di serang, seolah olah mereka membiarkan musuh untuk membombardir Mignolet semaunya, hasilnya ya kita kalah selisih 6 gol dengan Manchester City dan berada dalam tekanan.