Monday, July 8, 2013

Wanita Indonesia dan Sepak Bola

Wanita Indonesia dan Sepak Bola, mungkin para orang tua sebelum era milenium dan bahkan emansipasi yang mendengar kalimat ini, pada nyiapin golok atau bambu runcing khusus wanita *kayak apa ya?*.  Tapi tidak untuk sekarang, setelah ibu kita Kartini mengumandangkan seruan bahwa wanita juga berhak mendapatkan apa yang didapatkan dan dilakukan oleh pria, wanita kemudian memulai apapun yang dimaksudkan oleh emansipasi *tapi tetep di batas kodrat*. Agak berat sih ngomongin wanita Indonesia, apalagi gadis kampung asal Kalimantan yang nulis beginian.  Tapi ya siapa tau yang baca bisa tercuci hatinya dan segera move on. ^^

Entah sekarang udah memasuki era apa namanya, yang jelas bukan milenium lagi, para wanita menjadikan sepakbola adalah sebagian dari hidupnya. *mungkin bisa di sebut era bulet bunder kali*. Laki banget sih sebenarnya, tapi ya namanya emansipasi gak apa-apalah. Dari berbagai narasumber yang diperatiin, ditanyain bahkan dikepoin, bisa disimpulkan bahwa ada yang mainstream, ada yang ikutan trend, ada yang benar-benar suka, ada yang udah cinta *cie cinta*, ada sayap kiri, ada sayap kanan *ayam kali*, ada pacarnya, ada mantannya, ada yang mapan dan belum setia, ada yang suka php dan kena phk dan ada-ada aja, bisa kita lihat walaupun dari berbagai macam genre dan ga masalah mau karbit atau terbit darimana, anggap saja mempunyai satu tujuan, suka sama sepak bola. *tetep di garis kodrat*.


 Masuk ke inti permasalahan *kayak bikin tesis yee*, sebenarnya ga ada masalah sih, Cuma sepengetahuan saya menulis itu mesti ada masalahnya, jadi terpaksa deh bikin masalah. Terpaksa dan mau gak mau ya, beneran terpaksa dan maksa. Menurut penerawangan mbah-mbah dari ujung sungai kapuas, tujuan semula yang ‘katanya’ sama-sama suka sepak bola, malah bersenggolan sehingga menimbulkan gempa bumi yang tidak diketahui skala richternya. Padahal kita tau, gempa bumi bisa menimbulkan kerusakan, penyakit hati bahkan belum bisa move on. Bukankah tujuannya sama, sama-sama suka dan mencintai, jangankan di dalam satu klub sepak bola beda klub juga kita mesti ingat kodrat dan respect satu sama lain apalagi seorang wanita *ngingetin kodrat*. Alangkah baiknya,  Jika para wanita Indonesia yang katanya udah emansipasi dan mencintai sepak bola, saling mendukung dan tidak bersenggolan satu sama lain. Kita mendukung, bukan bersaing. Jangan pernah merasa tersaingi, lakukan sesuatu untuk sesuatu yang kita cintai. Jangan hanya bisanya main senggol-senggolan dan bikin gempa yang cetar membahana badai ulala cakrawala di atas tugu khatulistiwa *ngos-ngosan*. Dari hal kecil, walaupun dari kalangan wanita yang ‘sekedar’ suka sepak bola, suatu saat nanti mungkin kita bisa melakukan hal besar yang bermanfaat buat orang lain. So, ga ada gunanya kan bikin gempa ? Cuma bikin kerusakan, penyakit hati dan susah move on. Ga mau panjang-panjang lagi, Pontianak udah panas, inspirasi susah nongol, kita kembali saja ke paragraf awal kalimat terakhir, semoga yang baca tercuci hatinya dan segera move on, LOL. Akhir kata dari saya *berasa pidato* Think positive, do something and You’ll Never Walk Alone.


‘Ladykop garis kodrat’



*Nama akun twitter penulis : @BurungNurry silakan di follow

No comments:

Post a Comment