Wanita Indonesia
dan Sepak Bola, mungkin para orang tua sebelum era milenium dan bahkan
emansipasi yang mendengar kalimat ini, pada nyiapin golok atau bambu runcing khusus
wanita *kayak apa ya?*. Tapi tidak untuk
sekarang, setelah ibu kita Kartini mengumandangkan seruan bahwa wanita juga
berhak mendapatkan apa yang didapatkan dan dilakukan oleh pria, wanita kemudian
memulai apapun yang dimaksudkan oleh emansipasi *tapi tetep di batas kodrat*.
Agak berat sih ngomongin wanita Indonesia, apalagi gadis kampung asal Kalimantan
yang nulis beginian. Tapi ya siapa tau
yang baca bisa tercuci hatinya dan segera move on. ^^
Entah sekarang udah memasuki era
apa namanya, yang jelas bukan milenium lagi, para wanita menjadikan sepakbola
adalah sebagian dari hidupnya. *mungkin bisa di sebut era bulet bunder kali*.
Laki banget sih sebenarnya, tapi ya namanya emansipasi gak apa-apalah. Dari
berbagai narasumber yang diperatiin, ditanyain bahkan dikepoin, bisa
disimpulkan bahwa ada yang mainstream, ada yang ikutan trend, ada yang
benar-benar suka, ada yang udah cinta *cie cinta*, ada sayap kiri, ada sayap
kanan *ayam kali*, ada pacarnya, ada mantannya, ada yang mapan dan belum setia,
ada yang suka php dan kena phk dan ada-ada aja, bisa kita lihat walaupun dari
berbagai macam genre dan ga masalah mau karbit atau terbit darimana, anggap
saja mempunyai satu tujuan, suka sama sepak bola. *tetep di garis kodrat*.
Masuk ke inti permasalahan *kayak
bikin tesis yee*, sebenarnya ga ada masalah sih, Cuma sepengetahuan saya
menulis itu mesti ada masalahnya, jadi terpaksa deh bikin masalah. Terpaksa dan
mau gak mau ya, beneran terpaksa dan maksa. Menurut penerawangan mbah-mbah dari
ujung sungai kapuas, tujuan semula yang ‘katanya’ sama-sama suka sepak bola,
malah bersenggolan sehingga menimbulkan gempa bumi yang tidak diketahui skala
richternya. Padahal kita tau, gempa bumi bisa menimbulkan kerusakan, penyakit
hati bahkan belum bisa move on. Bukankah tujuannya sama, sama-sama suka dan
mencintai, jangankan di dalam satu klub sepak bola beda klub juga kita mesti
ingat kodrat dan respect satu sama lain apalagi seorang wanita *ngingetin
kodrat*. Alangkah baiknya, Jika para
wanita Indonesia yang katanya udah emansipasi dan mencintai sepak bola, saling
mendukung dan tidak bersenggolan satu sama lain. Kita mendukung, bukan
bersaing. Jangan pernah merasa tersaingi, lakukan sesuatu untuk sesuatu yang
kita cintai. Jangan hanya bisanya main senggol-senggolan dan bikin gempa yang
cetar membahana badai ulala cakrawala di atas tugu khatulistiwa *ngos-ngosan*.
Dari hal kecil, walaupun dari kalangan wanita yang ‘sekedar’ suka sepak bola,
suatu saat nanti mungkin kita bisa melakukan hal besar yang bermanfaat buat
orang lain. So, ga ada gunanya kan bikin gempa ? Cuma bikin kerusakan, penyakit
hati dan susah move on. Ga mau panjang-panjang lagi, Pontianak udah panas,
inspirasi susah nongol, kita kembali saja ke paragraf awal kalimat terakhir,
semoga yang baca tercuci hatinya dan segera move on, LOL. Akhir kata dari saya
*berasa pidato* Think positive, do something and You’ll Never Walk Alone.
‘Ladykop
garis kodrat’
*Nama akun twitter penulis : @BurungNurry silakan di follow
No comments:
Post a Comment