Saturday, July 27, 2013

Goodbye Reina, Welcome Mignolet




Rumor mengenai kepergian Reina memang sudah berhembus sebelum bursa transfer dibuka, Barcelona dikabarkan akan menjadi klub tujuan Reina. Namun karena Valdes belum menuntaskan misinya sebagai bahan troll di Barcelona, kepergian Reina pun tertunda sementara Rodgers sudah mendatangkan kiper timnas Belgia, Simon Mignolet. Karena konon katanya sekarang sebuah tim besar harus memiliki salah satu skuad dari Generasi Emas Timnas Belgia. Dari sinilah saga Reina pun dimulai meskipun saga ini tidak semenarik saga Luis Suarez yang semakin hari semakin panas, mungkin sepanas suhu Pontianak saat ini.

Mempunyai dua kiper yang kemampuannya hampir setara di dalam satu tim sebenarnya sangat jarang terjadi. Bagaimana mungkin Liverpool rela membayar mahal hanya untuk seorang kiper pelapis, sementara anggaran belanja sangat terbatas. Masa iya seorang Ian Ayre rela membayar lebih mahal untuk seorang kiper pelapis daripada gelandang dan penyerang (Alberto dan Aspas), sangat tidak sesuai dengan kebijakan transfer Liverpool saat ini tentunya.

Seusai Piala Konfederasi Reina tidak bergabung dengan tim yang mengikuti tour Asia dan tak berapa lama kemudian berhembus kabar kalau dia akan reuni dengan Senor Rafa di kota Naples. Inilah yang mengesalkan, rumor transfer keluar Liverpool tidak bertele-tele seperti rumor transfer masuknya. Beberapa waktu lalu Mkhitaryan sudah berkali kali dikabarkan sedang tes medis di Melwood dan akhirnya malah bergabung dengan Dortmund, sedangkan Reina baru beberapa hari rumornya beredar tak lama kemudian sudah muncul foto dia sedang di Roma dan memang Reina akhirnya tes medis di Napoli.

Reina meninggalkan banyak kisah manis selama menjaga gawang Liverpool delapan tahun terakhir, menjadi pahlawan pada adu penalti di final Piala FA pada musim pertamanya dan kembali menjadi pahlawan pada adu penalti Piala Liga 2012. Selama delapan tahun itu Reina tak tergantikan, dia selalu menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang Liverpool.
Harusnya Reina berhak mendapatkan gelar lebih banyak, penampilan gemilangnya mengantarkan Liverpool mengalahkan Chelsea pada semifinal UCL 2007 meski akhirnya Liverpool takluk di final oleh Inzaghi. Dia juga beberapa kali mendapatkan gelar kiper terbaik Liga Inggris dan membuatnya masuk ke timnas Spanyol sebagai pelapis San Iker.

Keputusan Rafa meminjam Reina selama semusim di Napoli pun sangatlah jenius. Napoli baru saja membeli Rafael Cabral, kiper muda Brazil yang merupakan kiper timnas Brazil di Olimpiade 2012. Dengan mendatangkan Reina, artinya Rafa sudah mendapatkan seorang mentor untuk kiper muda tersebut. Reina tentu sudah paham betul mengenai taktik Rafa dan dengan mudah menularkan ilmu kepada juniornya tersebut. Once again, what a brilliant transfer by Senor.

Chant "one pepe, two pepe, three pepe reina" pun tinggal kenangan, musim depan chant itu menghilang sama seperti chant pemilik nomor punggung 23 yang telah pensiun. Setidaknya kepindahan Reina tidak menimbulkan luka seperti si pirang yang kini di London karena dia tidak membuat statement yang aneh aneh serta tidak pindah ke tim rival. Reina menjadi contoh bahwa untuk berganti klub itu tidak perlu melukai perasaan pendukung dan tidak perlu berkoar koar menyatakan ingin pindah kepada media.

Tugas berat kini ada di pundak Simon Mignolet, dia akan menggantikan tugas salah satu kiper terbaik di EPL beberapa musim terakhir. Semoga saja Mignolet bisa mengikuti jejak Reina yang sukses menggantikan Dudek padahal Dudek adalah pahlawan Istanbul, tapi peforma Reina sukses membuat pendukung Liverpool dengan cepat "move on" dari Dudek.
Revolusi itu kembali memakan korban dan kali ini yang menjadi korban adalah Reina.

Selamat jalan Pepe Reina dan selamat datang Simon Mignolet, proses menuju era baru itu sudah di mulai.

No comments:

Post a Comment